Sabtu, 02 Oktober 2021

Pneumonia Pada Anak Balita

 

Pneumonia Pada Anak Balita

Narasumber : Novita Agustina, Ns, M.Kep, Sp.Kep An (RSMH Palembang)

 

Pneumonia merupakan penyakit infeksi akut pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh bakteri atau mikroorganisme dan dapat memengaruhi parenkim paru dan oksigenasi (WHO; Bartolf & Cosgrove, 2019). Pneumonia didefinisikan sebagai suatu penyakit akut yang biasanya disebabkan oleh bakteri, terdapat gejala dan tanda konsolidasi pada dada atau rontgen dada yang mengalami perubahan baru (Cukic & Hadzic, 2016). Angka kejadian pneumonia pada balita sering terjadi, yang secara klinis dapat berupa penyakit primer ataupun komplikasi dari penyakit lain (Hockenberry, Wilson, & Rodgers, 2017)..

 

Kejadian pneumonia diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu pneumonia yang didapat dari komunitas atau Community-Acquired Pneumonia (CAP), pneumonia yang diperoleh di rumah sakit atau Hospial-Acquired Pneumonia (HAP) setelah 48 jam masuk rumah sakit, dan pneumonia yang diperoleh setelah terpasang ventilator (VAP) (Bartolf & Cosgrove, 2016). Pneumonia juga dibagi tiga kelompok menurut bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), yaitu 1) pneumonia berat jika anak menunjukkan gejala seperti sianosis, distress pernafasan berat seperti grunting, retraksi dada berat, dan tanda umum yang berat seperti tidak mau minum/ menetek, letargi dan kejang.  2) pneumonia jika ada tanda-tanda napas cepat dan retraksi dada, dan batuk. 3) bukan pneumonia jika tidak terdapat tanda dan gejala pneumonia (Kemenkes, 2015). Pneumonia dibagi tiga secara morfologik, yaitu pneumonia lobaris, bronkopneumonia, dan pneumonia interstisial (Hockenberry et al., 2017).

 

Tanda dan gejala  yang khas pada balita pneumonia adalah batuk, produksi dahak, dispneu, nyeri dada, demam, mudah lelah, berkeringat, sakit kepala, mual, myalgia, dan kadang disertai dengan diare dan sakit perut (Daily & Ellison Iii, 2019).


Frekuensi napas balita pneumonia berkisar  >40 x/menit untuk 1-5 tahun (Dean & Florin, 2018). Pneumonia balita kategori berat ditandai dengan adanya stridor, penarikan dinding dada ke dalam, tidak mampu untuk minum atau menyusui, muntah, kejang, lesu, dan atau penurunan kesadaran (Mortimer et al., 2017). Pneumonia yang tidak ditatalaksana dengan tepat akan menyebabkan komplikasi, diantaranya bacteremia, meningitis, sepsis, emboli septik, dan empiema (Bartolf & Cosgrove, 2016).

 

Faktor Risiko

Faktor-faktor yang berkaitan dengan kejadian pneumonia pada anak balita ada dua yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. faktor intrinsik diantaranya adalah umur, jenis kelamin, berat badan lahir rendah atau prematur, riwayat imunisasi, pemberian ASI, staus gizi, dan pemberian vitamin A. Sedangkan  kepadatan tempat tinggal, kondisi lingkungan rumah, jenis bahan bakar, penghasilan, keluarga yang merokok, umur dan pendidikan ibu termasuk dalam faktor ekstrinsik (Mardani, Pradigdo, & Mawarni, 2018).

 

Faktor-faktor risiko pneumonia yang merusak pertahanan paru, diantaranya aspirasi, merokok, alkoholisme, kortikosteroid/ imunosupresi, komorbiditas. Alkoholisme, anestesi, neurologis penyakit, dan gangguan pencernaan dapat meningkatkan risiko aspirasi. Mukosiliar transportasi, pertahanan humoral dan seluler berubah karena merokok yang dikaitkan dengan frekuensi CAP yang meningkat. Reflek batuk dan pertahanan seluler yang rusak, menelan dan transportasi mukosiliar yang berubah dikarenakan adanya kolonisasi bakteri yang difasilitasi oleh alkohol (Cukic & Hadzic, 2016).

 

Usia, lokasi geografis, imunisasi, musim, HIV, kekurangan gizi dan status sosial ekonomi juga merupakan faktor risiko yang bisa menimbulkan kejadian pneumonia pada anak balita (Nguyen, Tran, Roberts, Graham, & Marais, 2017). Di daerah pedesaan yang masih menggunakan bahan bakar untuk memasak akan terkena paparan polusi udara rumah tangga yang berupa asap pembakaran, hal ini menyebabkan angka kejadian pneumonia pada anak-anak meningkat (Mortimer et al., 2017). Kondisi rumah yang penghuninya padat, pencemaran udara di dalam rumah seperti tungku dengan kayu bakar, dan perilaku orang tua yang merokok dapat menjadi penyebab atau meningkatkan risiko anak terkena pneumonia (Anwar & Dharmayanti, 2014).

 

Pencegahan

Pencegahan penting untuk bayi, anak-anak, orang muda dan orang tua dengan memberikan vaksinasi pneumokokus. Vaksin ini diberikan untuk individu yang beresiko. Selain itu anjurkan atau nasehati untuk memberhentikan merokok kepada keluarga, menghindari kontak dengan pasien yang memiliki infeksi saluran pernapasan bawah, kebersihan gigi, dan pemeliharaan status gizi dengan baik (Bartolf & Cosgrove, 2016).

 

Pemeliharaan status gizi pada balita adalah dengan cara pemberian nutrisi yang memadai. Pemberian air susu ibu secara eksklusif selama enam bulan pertama dapat meningkatkan pertahanan anak terhadap bakteri (Anwar & Dharmayanti, 2014).  Menurut Pollard, (2016), menyebutkan bahwa zat IgA, lisosom, laktoferin, dan sel darah putih yang terkandung dalam ASI kolostrum sangat tinggi, sehingga system kekebalan tubuh anak meningkat.

 

Penanganan

Pasien dengan pneumonia yang berat dalam waktu satu jam harus mendapatkan pengobatan antibiotik, selain antibiotik juga pemberian resusitasi cairan yang adekuat, pemberian terapi oksigen, dan dilakukan observasi ketat serta tambahan  perawatan suportif sesuai kebutuhan (Bartolf & Cosgrove, 2016).

Anak-anak yang dirawat di rumah sakit diberikan tindakan dengan meninggikan tempat tidur bagian kepala dan melakukan perubahan posisi anak setiap dua jam untuk meningkatkan pernapasan dan drainase paru. Saturasi oksigen dan kecukupan pertukaran udara dipantau menggunakan oksimetri nadi, kardiorespirasi juga harus dipantau (James, Nelson, dan Ashwill, 2013).

 

Terapi pemberian posisi, diberikan untuk meningkatkan oksigenasi pada pasien sehingga perlu dicari pengaturan posisi yang tepat untuk meningkatkan kenyamanan balita. Perubahan posisi dianjurkan untuk pencegahan dan pengobatan penyakit yang terkait sistem organ termasuk paru-paru, system kardiovaskular, kulit, otot, dan tulang. Anak-anak dengan pneumonia memerlukan posisi yang nyaman yaitu posisi semi fowler atau posisi lateral sesuai dengan kenyamanan pasien (Hockenberry et al., 2017).

 

 

Referensi:

Anwar, A., & Dharmayanti, I. (2014). Pneumonia pada anak balita di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, 8(8), 359–365. https://doi.org/10.21109/kesmas.v8i8.405.g402

Bartolf, A., & Cosgrove, C. (2016). Pneumonia. Medicine, 44(6), 373–377. https://doi.org/10.1016/j.mpmed.2016.03.004

Cukic, V., & Hadzic, A. (2016). The most common detected bacteria in sputum of patients with community acquired pneumonia ( CAP ) treated in hospital. Original Paper, 70(5), 354–358. https://doi.org/10.5455/medarh.2016.70.354-358

Daily, J. S., & Ellison Iii, R. T. (2019). Acute pneumonia, 889–913.e6. https://doi.org/10.1016/B978-0-323-48255-4.00067-9

Dean, P., & Florin, T. A. (2018). Factors associated with pneumonia severity in children : a systematic review. Journal of Pediatric Infection Diseases Society, 7, 323–334. https://doi.org/10.1093/jpids/piy046

Hockenberry, M. J., Wilson, D., & Rodgers, C. C. (2017). Wong’s essentials of pediatric nursing (10th ed.). Canada: Elsevier. Retrieved from http://www.ghbook.ir/index.php?name=فرهنگ و رسانه های نوین&option=com_dbook&task=readonline&book_id=13650&page=73&chkhashk=ED9C9491B4&Itemid=218&lang=fa&tmpl=component

James, S. R., Nelson, K. A., & Ashwill, J. W. (2013). Nursing care of children. (S. R. James, K. A. Nelson, & J. W. Ashwill, Eds.) (4th ed.). St. Louis, Missouri: Elsevier Inc.

Kemenkes. (2015). Buku bagan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS). Jakarta: Kementrian Republik Indonesia.

Mardani, R. A., Pradigdo, S. F., & Mawarni, A. (2018). Faktor risiko kejadian pneumonia pada anak usia 12-48 bulan (studi di wilayah kerja puskesmas Gombong II kabupaten Kebumen tahun 2017). JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal), 6(1), 581–590. Retrieved from http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm%0A

Mortimer, K., Ndamala, C. B., Naunje, A. W., Malava, J., Katundu, C., Weston, W., … Gordon, S. B. (2017). A cleaner burning biomass-fuelled cookstove intervention to prevent pneumonia in children under 5 years old in rural Malawi (the Cooking and Pneumonia Study): a cluster randomised controlled trial. The Lancet, 389(10065), 167–175. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(16)32507-7

Nguyen, T. K. P., Tran, T. H., Roberts, C. L., Graham, S. M., & Marais, B. J. (2017). Child pneumonia – focus on the Western Pacific Region. Paediatric Respiratory Reviews, 21, 102–110. https://doi.org/10.1016/j.prrv.2016.07.004

Pollard, M. (2016). ASI: Asuhan berbasis bukti. Alih bahasa E Elly Wariawan. Jakarta: EGC.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...