Gigi Kelinci
Baiknya Cari Tahu
Dahulu sebelum Menggunakan
Narasumber: drg
Purwandito Pujoraharjo, MM.,
Sp.KGA
Tren gigi kelinci telah menjadi fenomena perawatan gigi dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa publik figur banyak yang memodifikasi giginya agar menyerupai gigi kelinci, karena dinilai lucu dan membuat penampilan menjadi lebih menarik.
Istilah gigi kelinci sebenarnya tidak ada dalam dunia kedokteran gigi. Dalam hal ini, mungkin “gigi kelinci” yang dimaksud
adalah veneer atau mahkota jaket. Namun kedua perawatan tersebut tentunya harus
mengikuti kaidah dalam pembuatan restorasi/penambalan gigi.
Pembuatan veneer atau mahkota jaket harus menyesuaikan
dengan dua kaidah yaitu minimal invasif dan biomimetik. Minimal invasif artinya
jaringan gigi yang dibor harus seminimal mungkin yaitu hanya membuang jaringan
yang rusak serta biomimetik berarti bentuknya harus menyerupai gigi asli secara
anatomis.
Gigi kelinci yang sering kita lihat biasanya ukurannya
sudah dibuat lebih panjang dari bentuk anatomis aslinya. Hal ini tentu saja
menyalahi kaidah biomimetik. Oleh karena
itu, pembuatan “gigi kelinci” harus dilakukan oleh dokter gigi spesialis, dalam
hal ini dokter gigi spesialis konservasi gigi atau spesialis prostodonsia. Jangan
sekali-kali berkunjung ke tukang gigi untuk pembuatan “gigi kelinci” ini karena
terkait kompetensi, kesterilan dan bahan-bahan kedokteran gigi yang mereka gunakan.
Dokter gigi pasti akan memeriksa secara klinis maupun melakukan pemeriksaan
penunjang lainnya untuk menegakkan diagnosa apakah pasien dapat dibuatkan “gigi
kelinci” dalam hal ini veneer ataupun mahkota jaket. Jadi tidak serta merta
permintaan pasien untuk dibuatkan “gigi kelinci” akan dikerjakan karena tetap
berdasarkan indikasi dan kontra indikasi agar setelah pemasangannya tidak akan
menimbulkan masalah pada rongga mulut di kemudian hari.
Masalah rongga mulut yang dapat terjadi antara lain; jika
ukuran “gigi kelinci” menjadi lebih panjang dapat menganggu fungsi gigi seri
tersebut untuk memotong makanan, jaringan gusi dan sekitarnya juga dapat
terjadi peradangan jika penempatan ujung veneer/mahkota jaket yang dekat dengan
gusi menyebabkan trauma berulang serta kontak antara rahang atas dan bawah
dapat terganggu kestabilannya. Hal terpenting adalah setelah pemasangan “gigi
kelinci”, pasien harus lebih ekstra dalam menjaga kebersihan rongga mulut dan
menyikat gigi.
Berapa kisaran harga yang dipatok untuk mendapatkan “gigi kelinci”? Pembuatan
“gigi kelinci” atau veneer ini bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu langsung
saat pasien di kursi gigi (direct)
dan juga dibuatkan di laboratorium setelah pasien dibor dan dicetak (indirect). Kedua metode tersebut tentunya
dipilih berdasarkan indikasi, kontra indikasi dan jenis bahan yang digunakan.
Pembuatan veneer atau “gigi kelinci” yang
menggunakan tambalan sinar dapat dilakukan langsung di kursi gigi sedangkan
jika menggunakan bahan porselen, seperti lithium disilikat (emax) atau zirconia
harus melalui proses laboratorium. Tentu saja pembuatan yang melalui proses
laboratorium membutuhkan biaya yang lebih mahal dibandingkan yang langsung
dikerjakan di kursi gigi.
Pasien-pasien jika ingin mempercantik gigi dan
menjadikan penampilan lebih menarik sebaiknya menjaga kebersihan rongga mulut dan rutin 6 bulan sekali berkunjung ke dokter
gigi meskipun tidak ada keluhan. Hal ini dilakukan seandainya ditemukan
kelainan pada rongga mulut (gigi berlubang, karang gigi, dsb) dapat segera
terdeteksi agar penanganan lebih cepat dan tepat.
(Doc Humas RSMH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar