MEMBANGUN KETAHANAN MENTAL KELUARGA
DI MASA PANDEMI COVID-19
Narasumber: Dr.
Bambang Eko Sunaryanto, SpKJ, MARS ( RSMH Palembang)
Pandemi Covid-19 masih berlangsung di negara
kita tercinta. Sudah lebih dari satu tahun pandemi ini berlangsung, dan sampai
sekarang belum menunjukkan tanda kapan akan berakhir. Pandemi yang
berkepanjangan ini tentu menimbulkan dampak bagi semua orang. Dampak Kesehatan
merupakan dampak utama, sudah lebih dari 2 juta orang terinfeksi Covid-19
dengan kasus kematian melebihi angka 56.000. Dampak sosial terjadi karena
berbagai pembatasan sosial, kerja dari rumah, terbatasnya pertemuan-pertemuan
sosial dan pertemuan keluarga, sekolah dari rumah, penutupan tempat-tempat
kerja dll. Ditambah dengan ketidak pastian kapan pandemi ini akan berakhir,
tentu hal ini menyebabkan beban psikologis yang besar bagi setiap orang.
Bagi keluarga, dampak yang terjadi bisa berupa
hilangnya momen-momen yang bermakna, perubahan dalam rutinitas, terganggunya
proses pengasuhan dan pembelajaran, terganggunya proses mendapatkan layanan kesehatan,
serta hilangnya rasa aman dan nyaman.
Dampak psikologis dapat terjadi pada keluarga
di masa pandemi Covid-19 ini. Penelitian yang dilakukan oleh Claudia C (2020)
menemukan besarnya dampak psikologis akibat pandemi. Lebih dari 50% orang tua
merasakan stres karena penutupan sekolah dan pembatasan sosial. Penyebab stres
pada orang tua diantaranya karena terpisah dari keluarga/teman, penutupan
fasilitas-fasilitas di luar rumah, dan stres karena memikirkan kondisi
keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Mubasyiroh L (Litbangkes, 2020)
menemukan peningkatan kasus kecemasan sebesar 5.9 – 6.8 % , gangguan depresi
sebesar 7.2 – 8.5 dan gangguan tidur 24%. Tentu ini merupakan dampak psikologis
yang cukup besar.
Dampak pandemi pada keluarga juga menyebabkan
peningkatan angka kekerasan dalam rumah tangga dan anak. Tentu kita berpikir,
apakah kondisi stres ini akan memberikan dampak yang buruk bagi kita
seterusnya, ataukah kita bisa mengambil sisi positif dari kondisi ini?
Tergantung dari cara kita memandang, kita bisa memandang pandemi ini sebagai
sumber kecemasan dan stres, dan membuat kita tidak bisa melakukan
kegiatan-kegiatan yang positif dan produktif, atau kita melihat peluang di
balik keterbatasan yang terjadi?
Bagi sebuah keluarga, apabila kita melihat
kondisi ini dari sisi negatif, tentu kita akan memikirkan hal-hal yang negatif
dan pesimistik, yang akan berdampak pada terjadinya kondisi-kondisi seperti meningkatnya konflik dalam keluarga, menurunnya
kohesifitas keluarga, meningkatnya kekerasan dalam keluarga, dan hancurnya
nilai-nilai baik dalam keluarga.
Akan tetapi, kalau kita mencoba mencari sisi
positif dan peluang yang bisa kita ambil dari musibah ini, kita bisa berupaya bersama
untuk meningkatkan kohesifitas dalam keluarga, dan meningkatkan hubungan yang
positif dan bermakna diantara anggota keluarga.
1.
Menurunkan beban akibat dampak pandemi
Menurunkan beban ini telah dilakukan oleh
pemerintah melalui berbagai upaya, dengan membantu keluarga dan masyarakat
memenuhi kebutuhan hidup, seperti kebutuhan layanan kesehatan, bantuan keuangan
untuk yang membutuhkan, serta pemenuhan kebutuhan lain.
2.
Meningkatkan faktor pelindung
Upaya yang dilakukan dalam meningkatkan faktor
pelindung diantaranya dengan memberikan dukungan kepada masyarakat, seperti
dukungan Kesehatan jiwa dan psikososial, dukungan terhadap orang tua,
mempertahankan hubungan komunikasi dengan teman dan saudara walaupun secara
daring.
3.
Menyeimbangkan kondisi dampak pandemi
Upaya menyeimbangkan kondisi akibat pandemi
dilakukan dengan meningkatkan ketahanan mental (resiliensi) dalam keluarga.
Bagaimana sebuah keluarga bisa bersama-sama membangun suatu hubungan yang kokoh
dan bersama-sama menghadapi pandemi ini. Meningkatkan komunikasi positif dalam
keluarga, mempelajari hal-hal baru seperti pemanfaatan teknologi, merupakan
upaya yang positif untuk membangun keseimbangan.
Apa yang bisa kita lakukan untuk mengupayakan
meningkatnya ketahanan mental pada keluarga ?
1.
Persiapan diri
Sebelum membangun resiliensi bersama, orang tua
pertama kali harus menolong diri dan mengatasi masalah yang dihadapinya,
sehingga bisa menjadi role model bagi anak-anaknya.
Pertama, kita harus mengevaluasi kondisi
emosional kita. Kenali apakah ada kecemasan dan kekhawatiran yang kita rasakan,
dan belajar untuk menghadapi perasaan-perasaan tersebut dengan cara yang sehat.
Kelola stres yang kita alami, bertoleransi dengan kondisi ketidakpastian, dan
melakukan aktifitas-aktifitas untuk merawat diri, seperti berolah raga, tidur
teratur, dan melakukan relaksasi.
2.
Persiapan keluarga
Apabila kita sudah mengidentifikasi dan
membantu mengatasi stres yang kita alami, langkah selanjutnya adalah mengenali
masalah-masalah emosional dalam keluarga, melalui komunikasi dengan seluruh
anggota keluarga, mendiskusikan hal-hal apa yang membuat mereka khawatir, bantu
anak untuk bisa mengekspresikan perasaan tidak nyaman yang dirasakan, dan memberikan
penjelasan pada anak tentang kondisi yang terjadi, dengan bahasa sederhana yang
dapat dimengerti oleh anak.
3.
Membangun resiliensi bersama
Ada beberapa tips dalam membangun resiliensi bersama
dalam keluarga, diantaranya :
a.
Tetap
menjalin hubungan
b.
Bantu anak
untuk bisa membantu orang lain
c.
Pertahankan
kegiatan-kegiatan rutin sehari-hari
d.
Ajarkan
anak untuk fokus pada apa yang bisa dilakukan
e.
Ajarkan
anak untuk merawat diri sendiri
f.
Ajarkan
anak untuk berpikir positif
g.
Ajarkan
anak untuk menerima dan beradaptasi dengan perubahan
Perhatian khusus perlu kita berikan pada anak
pra sekolah, yang relatif belum bisa menyampaikan apa yang menjadi ketakutan
dan kekhawatiran mereka. Orang tua harus mengenali perasaan-perasaan takut dan
cemas yang dirasakan oleh anak, melalui perubahan perilaku yang mereka
tunjukkan, seperti anak menjadi rewel, tidak mau lepas dari orang tua,
mengompol, mudah marah, gelisah atau mengalami mimpi buruk. Melalui pendekatan
yang membuat anak merasa nyaman, seperti bermain, dan menjaga agar anak merasa
aman dengan tetap berada di dekat orang tuanya, serta memberikan contoh untuk
tidak bersikap panik di depan anak, akan membantu membuat anak merasa lebih
tenang.
Pandemi covid-19 merupakan tantangan dalam kehidupan kita saat ini, akan tetapi kita bisa menghadapi tantangan ini dengan baik, dengan meningkatkan komunikasi, saling mendukung diantara anggota keluarga, sehingga terbangun ketahanan mental yang baik dalam keluarga, untuk menghadapi musibah ini dengan cara yang positif.
(Doc Hukormas
RSMH)