Senin, 19 April 2021

Mengatasi Hambatan Komunikasi Terapeutik

Mengatasi Hambatan Komunikasi Terapeutik

Narasumber : Ardiansyah, SKM. M.M (RSMH Palembang)

Komunikasi merupakan komponen penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab hanya dengan berkomunikasi, seseorang  bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya kepada orang lain. Baik itu untuk menyampaikan informasi maupun untuk mendapatkan informasi dan semacamnya. Dalam bidang keperawatan, komunikasi juga mutlak diperlukan. Salah satunya komunikasi antara perawat dengan pasiennya.


Dalam praktek keperawatan, komunikasi adalah suatu alat yang penting untuk membina hubungan teraupetik dan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan  keperawatan. Komunikasi teraupetik menjadi sangat  penting karena dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan. Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional bagi perawat yang direncanakan dan dilakukan untuk membantu penyembuhan atau pemuliha pasien. Dengan memiliki keterampilan komunikasi terapeutik yang baik, perawat akan lebih mudah menjalin hubungan saling percaya dengan pasien, dan hal ini akan lebih efektif bagi perawat dalam memberikan kepuasan profesional dalam asuhan keperawatan

 

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau dirancang untuk tujuan terapi. Seorang terapis dapat membantu klien mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi (Damaiyanti, 2010 dalam Wijaya, 2021)

 

Komunikasi yang baik dan benar merupakan poin penting yang harus dimiliki oleh setiap tenaga kesehatan, khususnya perawat. Komunikasi dibutuhkan oleh perawat dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan baik kepada pasien maupun keluarga. Kemampuan seperti ini penting dan harus ditumbuhkembangkan oleh perawat, sehingga menjadi suatu kebiasaan dalam setiap menjalankan tugasnya dalam memberikan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit.

Kurangnya komunikasi yang memuaskan dan berkualitas dari perawat dapat berimplikasi serius terhadap kesehatan fisik dan psikologis pasien (Patty, dkk, 2015)

 

Hambatan dalam Komunikasi terapeutik

Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi secara efektif. Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi. Kebuntuan terapeutik adalah hambatan kemajuan hubungan antara perawat dan klien dimana hambatan itu terjadi baik dari klien maupun dari perawat sendiri (Damaiyanti, 2010 dalam, Wijaya 2021). 

Bentuk hambatan dalam komunikasi dapat berupa

 

a.    Resistensi

Resistensi adalah upaya klien untuk tetap tidak menyadari aspek penyebab ansietas yag dialaminya. Resistensi merupakan keengganan alamiah atau seperti penghindaran verbalisasi yang telah dipelajari atau mengalami peristiwa yang  menimbulkan aspek diri seseorang. Resistensi sering merupakan akibat dari ketidaksediaan klien untuk berubah ketika kebutuhan untuk berubah telah dilaksanakan

 

 

 

b.    Transferensi

Transferensi adalah respon tidak sadar dimana klien mengalami perasaan dan sikap terhadap perawat yang pada dasarnya akan terkait tokoh yang ada di dalam kehidupannya dimasa lalu

c.    Kontratransferensi

Yaitu kebutuhan terapeutik yang dibuat oleh perawat bukan klien. Kontratranferensi merujuk pada respon emosional dan spesifik oleh perawat terhadap klien yang tidak tepat dalam isi maupun konteks hubungan terapeutik atau ketidaktepatan dalam intensitas emosi.

d.    Pelanggaran batas (Bondary Violation)

Pelanggaran batas terjadi ketika perawat melampaui batasan hubungan terapeutik dan membina hubungan sosial, ekonomi, atau personal dengan pasien (Wijaya, 2021)

 


Mengatasi Hambatan – Hambatan Dalam Komunikasi

 

Untuk mengatasi hambatan dalam komunikasi terapeutik, perawat harus siap untuk mengungkapkan perasaan emosional yang sangat kuat dalam hubungan perawat – klien (Hamid, 1998 dalam Wijaya, 2021). Berikut cara untuk mengatasi hambatan–hambatan dalam komunikasi Menurut Gitosudarmo dan I Nyoman Sudita (1997):

1.     Meningkatkan umpan balik, untuk mengetahui apakah pesan atau informasi telah diterima, dipahami, dan dilaksanakan atau tidak.

2.     Empati, penyampaian pesan disesuaikan dengan keadaan penerima.

3.     Pengulangan, untuk menjamin bahwa pesan dapat diterima.

4.     Menggunakan bahasa yang sederhana agar setiap orang dapat memahami isi pesan yang disampaikan.

5.     Penentuan waktu yang efektif, pesan disampaikan pada saat penerima siap menerima pesan.

6.     Mendengarkan secara efektif sehingga komunikasi antar atasan dengan bawahan dapat berlangsung dengan baik.

7.     Mengatur arus informasi, komunikasi harus diatur mutunya, jumlah dan cara penyampaiannya.

Sedangkan menurut Wijaya (2021) untuk mengatasi hambatan komunikasi terapeutik dapat dilakukan hal – hal sebagai berikut :

1.     Perawat harus memiliki pengetahuan tentang kebuntuan terapeutik dan mengenali perilaku tersebut

2.     Klarifikasi dan refleksi perasaan

3.     Gali latar belakang perawat – klien

4.     Bertanggung jawab terhadap kebuntuan terapeutik dan dampak negatif proses terapeutik

5.     Tinjau kembali hubungan, area kebutuhan, dan masalah klien

6.     Bina kembali kerjasama perawat – klien yang konsisten

 

Referensi :

 

Patty, Marlen, dkk, 2015, Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Terhadap Tingkat Stres Pasien di Ruang Neurologi Rumah Sakit Umum Daerah dr M.Haulussy Ambon, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana, Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X Volume 9 Nomor 2

 

Wijaya, Leni, 2021, Buku Ajar Komunikasi Terapeutik dalam proses Keperawatan, Banten, Yayasan Pendidikan dan Sosial Indonesia Maju

 

https://www.dictio.id/t/bagaimana-caranya-mengatasi-hambatan-komunikasi/9002, diakses tanggal 16 April 2021


(Doc Hukormas RSMH)

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...