Senin, 29 Maret 2021

Peran Perawat untuk Meningkatan Kualitas Perawatan Diri Pasien Ostomet

 

Peran Perawat untuk  Meningkatan Kualitas Perawatan Diri Pasien Ostomet

Narasumber : Fitrirachmawati, S.Kep.Ners.MARS ( RSMH Palembang)


Stoma atau stomy adalah pembukaan atau mulut yang dibuat melalui pembedahan pada saluran cerna yang berfungsi untuk pengalihan aliran fecal (Burch, 2011)

Stoma dapat bersifat permanen atau sementara (Magela, Aguinaldo, & Almeida, 2014)

Stoma permanen dibuat bila fungsi defekasi tidak mungkin dilakukan secara normal sehingga fases tidak dapat keluar melalui anus. Stoma temporer/ sementara dibuat untuk mengalirkan feses sementara selama fungsi saluran cerna distal belum dapat difungsikan , sehingga nantinya stoma akan ditutup kembali dan fungsi anus akan dikembalikan seperti semula.

Indikasi pembuatan stoma yang paling sering karena adanya kanker kolon dan rektum. Ini sejalan dengan pernyataan dari Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2008 bahwa pembedahan adalah terapi utama untuk kebanyakan      kanker kolon dan rectum, dan juga pendapat dari Anaraki et al., 2012; Melotti, Bueno, Silveira, Silva, & Fedosse, 2013, kanker kolon dan rektum atau colorectal cancer (CRC) merupakan penyebab paling sering dari pembentukan stoma dan colostomy merupakan jenis stoma terbanyak.

Data dari Globocan kasus kanker kolorektal  pada tahun 2020 sebanyak 12,4 % kasus kanker di dunia, dengan 17.368 kasus diantaranya ditemukan di Indonesia sehingga kanker kolorektal menempati urutan ke-6 sebagai jenis kanker dengan penderita terbanyak.

Di Indonesia, kanker kolorektal menempati posisi ke-2 terbanyak pada pria, berada di bawah kanker paru di urutan pertama. Pada wanita, kanker kolorektal menempati urutan ke-3, di bawah kanker payudara dan kanker rahim.

Pada umumnya stoma berwarna merah atau merah muda, hangat dan basah bila disentuh, Stoma tidak memiliki suplai saraf sensori sehingga sensasi rasa nyeri misalnya tidak dapat dirasakan namun kaya akan pembuluh darah (Burch, 2011)

Beberapa Komplikasi yang paling banyak terjadi pada stoma  (Truven Health Analytics, 2012) antara lain :antara lain retraksi stoma, Hernia peristomal, prolaps, perdarahan, iskemik dan nekrosis stoma, dan stenosis.

1.    Retraksi Stoma

Retraksi dapat terjadi dikarenakan stoma mengalami pengikatan karena kantong yang terlalu sempit dan juga karena adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan adanya jaringan scar yang terbentuk disekitar stoma yang mengalami pengkerutan

2.    Hernia Peristomal

Hernia dapat terjadi bila ada bagian dari kolon di dalam abdomen yang menekan atau menonjol di area sekitar stoma.

3.    Prolaps

Prolaps dapat terjadi akibat proses pembukaan dinding abdomen yang terlalu lebar.

4.    Perdarahan

Perdarahan stoma setelah operasi di sebabkan oleh hemostasis yang tidak adekuat selama konstruksi stoma.

5.    Iskemik dan Nekrosis Stoma

Iskemik dan nekrosis stoma terjadi akibat adanya penekanan pada pembuluh darah sekitar stoma.

6.    Stenosis

Stenosis merupakan penyempitan atau konstriksi pada ujung stoma.

 

Pembuatan stoma selain sebagai salah satu terapi pada penderita kanker saluran cerna, namun juga sering kali menimbulkan permasalahan bagi penderita (ostomet) baik fisik, psikososial spiritual dan ekonomi.

1.    Fisik

Keluhan yang sering terjadi berupa rasa sakit pada stoma akibat iritasi, flatus yang tidak terkontrol, suara pergerakan usus,adanya bau dan gangguan kontrol defekasi stoma. Ini dapat menimbulkan rasa malu, menurunkan harga diri, gangguan citra diri dan  stress sehingga menurunkan kualitas hidup ostomet.

2.    Psikososial

Keluhan yang sering terjadi secara psikososial dan berinteraksi sosial seperti adanya rasa takut akan  kematian bila dilakukan operasi yang dilakukan tidak hanya sekali, stress dan cemas tidak dapat menghidupi atau menafkahi keluarga dan juga karena harus hidup dengan stoma. Adanya kantong pembuangan yang menempel pada perut, bau yang ditimbulkan dan menurunnya kontrol defekasi dapat menimbulkan rasa malu, sehingga ostomet menarik diri dari interaksi sosial.

3.    Spiritual

Perubahan spiritual yang dialami oleh ostomet antara lain, rasa tidak nyaman dan risih karena adanya kantong stoma yang menempel pada dinding perut, rasa takut akan terlepasnya kantong stoma saat melakukan ibadah, merasa dirinya tidak suci, flatus dan defekasi yang belum dapat dikontrol sehingga menimbulkan keragu-raguan ostomet untuk menjalankan ibadah.

4.    Ekonomi

Sebagian besar ostomet paska operasi mengalami gangguan aktifitas dalam memenuhi kebutuhan sehari hari bahkan tidak dapat menafkahi keluarganya dikarenakan kehilangan pekerjaan karena kondisinya saat ini dan juga adanya rasa malu karena adanya stoma. Berkurangnya sumber pencari nafkah dalam keluarga juga menjadi masalah dalam kehidupan ostomet.

 

Keluhan - keluhan diatas menjadi permasalahan baru bagi ostomet paska dilakukan operasi. Ketidak tahuan, kurangnya informasi dan edukasi dari petugas kesehatan terutama perawat sebelum, selama perawatan ataupun setelah perawatan menjadi salah satu penyebabnya. Sebagai petugas kesehatan, perawat mempunyai peran penting untuk menyiapkan ostomet agar dapat menerima kondisinya paska operasi, mampu melakukan perawatan stoma dan perawatan diri secara mandiri.

.

Adapun yang dapat dilakukan tenaga kesehatan khususnya perawat dalam menyiapkan pasien agar dapat beradaptasi dengan kondisinya paska operasi, antara lain :

1.   Memberikan informasi/ edukasi sejak awal pasien dinyatakan akan dilakukan operasi pembuatan stoma, dan selama perawatan dirumah sakit tentang efek/ masalah yang mungkin akan dihadapi pasien paska operasi dan cara mengatasi / mengurangi keluhan setelah dilakukan pembuatan stoma. Pemberian edukasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan merupakan komponen kunci dari perawatan (Phatak, Li Karanjawala, Chang, & Kao, 2014). Edukasi yang diberikan kepada ostomet /pasien diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan ostomet dalam beradaptasi dengan kondisinya saat ini .

2.   Melatih atau mengajarkan pasien dan keluarga tentang cara merawat stoma, membersihkan stoma, memasang dan melepas stoma mulai dari sebelum pasien dilakukan operasi sampai dengan setelah dilakukan operasi sehingga pasien dapat melakukannya sendiri setelah pulang kerumah.

3.   Melibatkan keluarga dalam memberikan dukungan dan support moril kepada pasien. Dukungan keluarga sangat diperlukan untuk menguatkan dan memberikan rasa percaya diri pada pasien walaupun mempunyai keterbatasan terutama dalam hal fungsi dan perannya dalam keluarga dan dimasyarakat. Bahkan dukungan dan keterlibatan pemuka agama dalam memberikan keyakinan pada pasien yang bermasalah dengan ibadah atau spiritual keagamaan juga diperlukan.

4.   Memberi penguatan diri untuk dapat menjalani hidup sebagai ostomet dengan sering berinteraksi dengan sesama ostomet untuk saling berbagi pengalaman, juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan rasa percaya diri ostomet, dan juga penguatan nilai – nilai spiritual sehingga ostomet mendapatkan ketenangan batin.

 

Bila upaya – upaya diatas dilakukan sejak dini maka pasien akan lebih siap untuk hidup dengan stoma dan dapat menjalani hidupnya dengan lebih baik.

 

 

Referensi :

 

Anaraki, F., Vafaie, M., Behboo, R., Maghsoodi, N., Esmaeilpour, S., & Safaee, A. (2012). Clinical profile and post-operative lifestyle changes in cancer and non-cancer patients with ostomy. Gastroenterology and Hepatology from Bed to Bench, 5(SUPPL. 1), 26–30.

Burch, J. (2011). Stoma management: enhancing patient knowledge. British Journal of Community Nursing, 16(4), 162, 164, 166. https://doi.org/10.12968/bjcn.2011.16.4.162

Lyon, C., & Smith, A. (2010). Abdominal Stomas and their Skin Disorders. Journal of Dermatological Treatment.

Magela, G., Aguinaldo, S.,& Almeida, D. (2014). Coloproctology Association of sociodemographic and clinical factors with the self-image and self-esteem of individuals with intestinal stoma. Journal of Coloproctology, 34(3), 159-166. https://doi.org/10.1016/j/col.2014.05.005.

Melotti, L. F., Bueno, I. M., Silveira, G. V., Silva, M. E. N. Da, & Fedosse, E. (2013). Characterization of patients with ostomy treated at a public municipal and regional reference center. Journal of Coloproctology, 33(2), 70–74. https://doi. org/10.1016/j.jcol.2013.04.003

Phatak, U. R., Li, L. T., Karanjawala, B., Chang, G. J., & Kao, L. S. (2014). Systematic Review of Educational Interventions for Ostomates. Diseases of the Colon & Rectum, 57(4), 529–537. https:// doi.org/10.1097/DCR.0000000000000044

Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., & Cheever, K. H. (2008). Brunner and Suddarth Textbook of Medical Surgical Nursing, 2240. https://books.google.com/ books?id=SmtjSD1x688C&pgis=1


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...