Anak Jalanan dan
Masalah yang Dihadapinya
Novita Agustina, Ns,
M.Kep, Sp.Kep An (RSMH Palembang)
Salah satu penyebab anak-anak
menjadi anak jalanan adalah kematian orang tua atau kerabat mereka, karena
mereka berpikir jika tidak ada orang tua maka tidak ada yang akan memenuhi
kebutuhan hidup mereka dan mencari pekerjaan dengan cara berimigrasi ke kota
lain untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Chimdessa
& Cheire, 2018). Anak-anak jalanan ini kekurangan
perlindungan, kurang pengawasan dan kasih sayang dari orang tua dan keluarga,
yang diyakini dapat membuat dan
menjadikan pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Dalam kehidupan sehari-hari
anak jalanan melakukan kegiatan informal, antara lain mengemis, mengembara,
berbohong, mencuri dan perilaku lain yang diperlukan untuk bertahan hidup.
Mereka sepenuhnya bertanggung jawab terhadap hidup mereka sendiri, karena
anak-anak ini tidak mendapatkan pengawasan yang ketat dari orang tua atau
keluarga (Cumber &
Tsoka-gwegweni, 2016).
Untuk bertahan hidup mereka bahkan melakukan
seks, mungkin mereka mengalami pelecehan public atau kekerasan. Hal ini bisa
memicu masalah psikososial dan masalah kesehatan mental, dan membuat mereka
mempunyai risiko cedera karena kecelakaan, kekurangan gizi, dan penyakit
khususnya penyakit infeksi seksual yang menular dan HIV (Kakchapati,
Shrestha, Li, Rajbhandari, & Poudel, 2017).
Faktor-faktor
lain yang dapat menyebabkan anak-anak menjadi anak jalanan adalah kemiskinan
karena tidak adanya uang atau materi yang cukup sehingga orang tua tidak mampu
menyediakan kebutuhan dasar keluarganya seperti makanan, pakaian, pendidikan
atau kebutuhan medis, dan utamanya mereka tidak memiliki rumah. Orang tua yang
otoriter juga merupakan alasan anak-anak menjadi anak jalanan dan juga keluarga
yang tidak berfungsi juga di sebut sebagai alasan anak-anak menjadi anak
jalanan. (Cumber &
Tsoka-gwegweni, 2016)
Keluarga
yang tidak berfungsi merupakan keluarga di mana anak-anak mengalami perasaan
tidak pernah bahagia, orang tua selalu berkelahi dan bertengkar, satu orang tua
atau kedua orang tua pecandu alkohol atau narkoba, anak-anak pergi tanpa
pengawasan dan melakukan apa pun sesuai keinginan mereka karena kurang
perhatian dari orang tua, ayah selalu keluar masuk penjara dan ibu berkencan
dengan pria lain dan tidak selalu di rumah untuk menjaga anak-anak. Anak
jalanan yang hidup dijalan semakin lama akan beresiko semakin buruk
perkembangannya. (Cumber &
Tsoka-gwegweni, 2016)
Semakin lama anak-anak tinggal di jalanan,
semakin banyak tantangan yang terus mereka hadapi di jalan-jalan seperti
kesehatan yang buruk, kecanduan zat psikoaktif, pelacuran, terlibat dalam geng,
pencurian mini dan kegiatan kriminal lainnya, mungkin dilakukan sebagai langkah
untuk bertahan hidup dan mengatasi tantangan; dengan demikian, kualitas hidup dan
kesejahteraan mereka akan terancam, yang pada gilirannya mungkin mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan mereka di masa depan. Oleh karena itu tantangan yang
dihadapi oleh anak jalanan cukup traumatis sehingga membahayakan kesehatan
fisik, emosi, moral dan mental serta kesejahteraan secara keseluruhan. (Cumber &
Tsoka-gwegweni, 2016)
Tak jarang untuk mendapatkan keberanian dan
kepercayaan diri anak jalanan menggunakan zat psikoaktif dalam menghadapi
kesulitan yang mereka hadapi di jalanan. Beberapa anak menjadi kecanduan karena
terus-terusan menggunakan zat psikoaktif. Dukungan masyarakat juga di butuhkan
untuk anak jalanan agar tidak terkena dampak buruk seperti kebiasaan berbahaya,
perjudian, merokok, menghirup lem, menggunakan narkoba, mengambil-mengantongi,
pelacuran dan kekerasan. Pikiran anak jalanan terhadap masyarakat bahwa
masyarakat menunjukkan kebencian, tidak ramah, berperilaku acuh tak acuh dan
bersikap negatif terhadap mereka,
sehingga menciptakan pembatas yang
membatasi interaksi antara mereka dan masyarakat. Jika dalam menghadapi
kesulitan (kekurangan kebutuhan dasar, tempat tinggal, makanan, sanitasi,
kebersihan, perlindungan dan pelecehan seksual antara lain), maka mereka merasa
terdemoralisasi untuk lari ke dalam kelompok mereka dan akhirnya dapat membuat
mereka melakukan hal-hal yang negative (Cumber &
Tsoka-gwegweni, 2016).
( Doc. Hukormas RSMH)
Referensi:
Chimdessa, A., & Cheire, A. (2018). Sexual and
Physical Abuse and Its Determinants Among Street Children In. BMC Pediatrics,
1–8. Retrieved from https://doi.org/10.1186/s12887-018-1267-8%0ARESEARCH
Cumber,
S. N., & Tsoka-gwegweni, J. M. (2016). Characteristics of Street Children
in Cameroon : A Cross-Sectional Study. African Journal of Primary Health
Care & Family Medicine, 1–10.
Kakchapati,
S., Shrestha, B., Li, D. Y., Rajbhandari, R., & Poudel, T. (2017). Drug Use
, Injecting Behaviors , and Survival Sex Among Street Children and Youths in
Kathmandu Valley , Nepal. Nternational Journal of STD & AIDS, 1–10.
https://doi.org/10.1177/0956462417746532
Tidak ada komentar:
Posting Komentar