Senin, 12 April 2021

Upaya mengatasi kecemasan (Ansietas) Pada anak yang menjalani perawatandi Rumah Sakit

 

 

Upaya mengatasi kecemasan (Ansietas)

Pada anak yang menjalani perawatandi Rumah Sakit

Narasumber : Ns. Budiman, S.Kep, M.Kes (RSMH Palembang)

 

Kecemasan (Ansietas) sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan adalah sebagai suatu keadaan emosional yang biasanya melibatkan ketakutan, ketegangan, dan kekhawatiran serta umumnya dihubungkan dengan antisipasi adanya suatu ancaman atau kondisi yang membuat tidak nyaman (Stuart & Sundeen, 1998).


Riset yang dilakukan oleh Holmes dan Rahe (1967) dalam Atkinson (2000) dengan menggunakan life event scale mendapatkan bahwa sakit dan dirawat  di rumah sakit menduduki tingkat keenam dari 37 peristiwa kehidupan yang menimbulkan kecemasan.


Secara umum rumah sakit merupakan pusat pelayanan kesehatan, tetapi perbedaan lingkungan antara rumah sakit dan tempat tinggal, persepsi atau pandangan yang tertentu terhadap sakit dan kurangnya mekanisme koping maka lingkungan rumah sakit menjadi stressor dan pengalaman yang menakutkan bagi pasien dan keluarga. Pada pasien anak, sakit dan hospitalisasi seringkali menimbulkan  kecemasan, di rumah sakit anak harus menghadapi lingkungan yang asing, pemberi asuhan yang tidak dikenal dan gangguan terhadap gaya hidup mereka. Sering kali mereka harus mengalami tindakan yang menimbulkan nyeri (pemasangan infus, nasogastrik tube, kateter, inhalasi oksigen, injeksi obat-obatan dan sebagainya),  kehilangan kemandirian dan berbagai hal yang tidak diketahui, interprestasi mereka terhadap kejadian, respon mereka terhadap pengalaman dan signifikasi yang mereka tempatkan pada pengalaman ini secara langsung berhubungan dengan tingkat perkembangan (Wong, 2003).


Masalah cemas pada anak yang mendapatkan perawatan dirumah sakit berbeda – beda sesuai dengan tingkat  perkembangan anak, pada anak bayi (0 – 1 tahun) yaitu cemas apabila berhadapan dengan orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan dengan orang tua, anak toddler (1 - 3 tahun) yaitu cemas akibat perpisahan dengan orang tua, anak prasekolah (3 – 6 tahun) yaitu cemas karena berpisah dari lingkungan rumah, permainan dan teman sepermainan,anak sekolah (6 – 12 tahun) yaitu cemas karena berpisah dengan keluarga, kelompok sosialnya dan kehilangan kontrol akibat dirawat dirumah sakit karena adanya pembatasan aktivitas, sedangkan anak remaja (12 – 18 tahun) yaitu cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya (Supartini, 2004).  

Beberapa upaya yang dapat dilakukan oleh pemberia asuhan (dokter, perawat dan nakes lainnya) termasuk juga manajemen rumah sakit untuk mengurangi rasa cemas pasien anak selama menjalani pengobatan dan perawatan adalah sebagai berikut :

1.    Upaya untuk mencegah atau meminimalkan dampak perpisahan dapat dilakukan dengan cara :

a.    Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak dengan cara membolehkan mereka untuk tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in).

b.    Memberikan kesempatan kepada orang tua untuk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka.

c.    Modifikasi ruang perawatan dengan cara membuat situasi ruang rawat seperti rumah, diantaranya dengan membuat dekorasi ruangan yang bernuansa anak.

2.    Upaya untuk mencegah perasaan kehilangan kontrol diri dapat dilakukan dengan cara :

a.    Buat jadwal kegiatan untuk prosedur terapi, latihan, bermain, dan aktivitas lain dalam perawatan untuk menghadapi perubahan kebiasaan /kegiatan sehari-hari.

b.    Fokuskan intervensi keperawatan pada upaya untuk mengurangi ketergantungan dengan cara memberikan kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan kegiatan asuhan medis dan keperawatan.

c.    Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif terhadap petugas kesehatan.

3.    Upaya meminimalkan rasa cemas/takut terhadap prosedur yang berdampak pada perlukaan tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara : 

a.    Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang menimbulkan rasa nyeri, yaitu dengan menjelaskan apa yang akan dilakukan dan memberikan dukungan psikologis pada orang tua.

b.    Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak, misalnya dengan cara bercerita, menggambar, mewarnai gambar, menonton video, dengan cerita yang berkaitan dengan tindakan atau prosedur yang akan dilakukan pada anak.

c.    Pertimbangkan untuk menghadirkan orang tua pada saat anak dilakukan tindakan atau prosedur yang menimbulkan rasa nyeri apabila mereka tidak dapat menahan diri, bahkan menangis bila melihatnya. Dalam kondisi ini, tawarkan pada anak dan orang tua untuk mempercayakan kepada petugas kesehatan (dokter, perawat dan atau nakes lainnya) sebagai pendamping anak selama prosedur tersebut dilakukan.

d.    Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dalam mengurangi rasa takut akibat prosedur yang menyakitkan.

e.    Pada tindakan pembedahan elektif, dilakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnya apabila memungkinkan. Misalnya, dengan mengorientasikan kamar bedah, tindakan yang akan dilakukan, dan petugas yang akan menangani anak melalui cerita dan gambar.

 

Beberapa penelitian mendapatkan adanya korelasi positif atau adanya pengaruh beberapa faktor penting seperti dukungan keluarga (orang tua), peran pemberi asuhan  (sikap peduli, empati dan melayani) serta adanya terapi permainan yang diberikan seperti (mengambar, mewarnai gambar dan lainnya) terhadap respon cemas yang terjadi pada pasien anak selama menjalani perawatan di rumah sakit.


Mengingat hal ini penting sekali bagi pemberi asuhan di rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang dapat menghadirkan rasa nyaman dan aman kepada pasien anak selama menjalani perawatan guna untuk membantu proses penyembuhan/pemulihan juga untuk meminimalisir dampak hospitalisasi..

 

Referensi :

 

Supartini, Yupi (2004). Buku Ajar. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

 

Stuart and Sundeen (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Alih Bahasa : Achir Yani

              Hamid, Edisi 3, Jakarta : EGC.

 

Wong Donna L (2003). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Alih Bahasa : Monica Ester

Edisi 4, Jakarta :  EGC

 

( Doc Hukormas RSMH)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...