Jumat, 19 Maret 2021

Penyebab gatal-gatal pada pasien gagal ginjal

 

Penyebab gatal-gatal pada pasien gagal ginjal

Narasumber : Ratna Wati, AMK ( RSMH Palembang )

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kegagalan fungsi ginjal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat kerusakan struktur ginjal sehingga terjadi penumpukan sisa metabolisme protein yang disebut toksin uremik di dalam darah.

Gejala akibat penurunan fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan dan jelas terlihat setelah laju filtrasi glomerulus (LFG) <15ml/menit/1,73m².

Pada proses hemodialisis senyawa-senyawa kecil mudah dibersihkan, namun molekul menengah hanya dapat dipindahkan dengan strategi tertentu. Sedangkan molekul yang terikat protein, oleh karena ikatannya tersebut, terhambat pola pemindahannya melalui proses hemodialisis.

Toksin-toksin uremikum disebutkan berperan dalam proses terjadinya pruritus uremikum. Toksin dapat berupa senyawa kecil yang larut dalam air (berat molekul <500 Dalton), molekul menengah (>500 Dalton)  dan molekul yang terikat protein (sebagian besar memiliki berat molekul <500 Dalton), juga berperan untuk terjadinya pruritus uremikum.

Pruritus adalah suatu sensasi yang secara khusus ditemukan pada kulit, didefinisikan sebagai suatu sensasi yang tidak menyenangkan yang menyebabkan keinginan untuk menggaruk.

Pruritus uremikum adalah suatu gejala resisten dan umum terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa jangka panjang dan dapat mengganggu aktivitas atau pekerjaan, mengganggu tidur dan menurunkan kualitas hidup.

Pasien gagal ginjal kronik memerlukan terapi Hemodialisa jangka panjang. Pasien harus menjalani terapi dialisis sepanjang hidupnya (biasanya 3 kali seminggu selama paling sedikit 3 atau 4 jam per kali terapi). Terapi ini diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dan mengendalikan gejala uremia.

Pruritus pada pasien yang menjalani hemodialisis masih menjadi masalah yang belum terselesaikan.

Terapi untuk pruritus uremikum meliputi terapi non farmakologis dan farmakologis. Terapi non farmakologis meliputi terapi secara fisik, seperti fototerapi, akupunktur dan sauna. Terapi farmakologis meliputi terapi topikal dan sistemik. Pada terapi topikal dapat diberikan lotion calamine, lotion menthol, dan pemakaian emolient yang teratur. Pada terapi sistemik dapat diberikan diet rendah protein dan minyak primrose. Terapi lain dapat diatasi dengan penanganan yang mendasarinya, yaitu dengan transplantasi ginjal, dialisis yang efisien maupun pemberian eritropoetin.

( Doc. Hukormas RSMH Palembang)

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...