KELETIHAN PADA PERAWAT (NURSE FATIGUE)
Rahmiati,S.Kep,.Ns.,M.Kep (RSMH Palembang)
Pada Desember 2011, Joint Comission (JC) mengeluaran peringatan terkait kejadian sentinel, yaitu issu mengenai “ fatigue pada petugas kesehatan dan keselamatan pasien” bahwa lamanya waktu shift dan jadwal kerja berakibat secara signifikan terhadap kualitas dan kuantitas tidur (JC, 2011). Pola kerja perawat dengan shift mempengaruhi siklus sikardian. Bekerja pada shift malam membutuhkan lebih banyak energy dibandingkan dengan shift pagi/sore (Gold et al, 1992). Pola jadwal jaga pada umumnya adalah dua kali shift pagi, dua kali shift sore dan dua kali shift malam. Dengan beban kerja yang tinggi dan pola shift membuat perawat rentan untuk terjadinya fatigue (kelelahan) (National Association of Neonatal Nurse Practitioners, 2012). Perawat yang sering shift malam lebih sering mengalami masalah tidur dan fatigue dibandingkan dengan yang shift pagi/siang (Walsh, 2013).
Perawat bekerja 24 jam di samping pasien, sesuai dengan jadwal jaga yang menggunakan metode shift. Setiap perawat akan menjalani shift pagi, shift siang dan malam. Dalam menjalankan tugasnya di rumah sakit, perawat berperan sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver), penyuluh dan konselor bagi klien, pengelola pelayanan kesehatan, dan pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang (Undang-undang Republik Indonesia No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan). Berdasarkan peraturan ketenagakerjaan perawat bekerja 40 jam dalam seminggu. Waktu kerja tersebut dalam kenyatannya bisa lebih dari 40 jam yang diakibatkan oleh tingginya beban kerja dan keterbatasan jumlah tenaga yang ada.
Perawat berpotensi besar untuk mengalami keletihan (Nurse fatigue). Keletihan pada perawat (Nurse fatigue) mempunyai dampak besar bagi pelayanan, penting bagi perawat untuk mengetahui apa saja yang dapat menimbulkan keletihan pada perawat (Nurse fatigue) dan bagaimana cara pencegahannya.
DEFINISI FATIGUE
Fatigue adalah perasaan kelelahan secara fisik dan mental (secara subjektif dialami oleh perawat). Kondisi kekelelahan terjadi secara terus menerus dan mengganggu fungsi dan kapasitas normal individu. Penyebab dan manifestasinya dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor fisiologis (misalnya, irama sirkadian), psikologis (misalnya, stres, kewaspadaan, ngantuk),perilaku (misalnya, pola kerja, kebiasaan tidur) dan lingkungan(misalnya, permintaan kerja).Fatigue secara signifikan dapat mengganggu fungsi dan bersifat menetap meskipun pada saat istirahat (CanadianNurseAssociation[CNA] &Register nurse’s Association of Ontario [RNAO], 2010).
Fatigue mengacu pada perasaan sangat kelelahan, kekurangan energi.Perasaan kelelahan tersebut berhubungan dengan gangguan fisik dan / atau fungsi kognitif. Kantuk dan kelelahan sering terjadi bersamaan sebagai konsekuensi dari kurang tidur (Shen J, Barbera J, Shapiro CM, 2006).
Pada beberapa program penelitian fatigue didefinisikan sebagai Perubahan dalam mekanisme kontrol psikologis yang mengatur perilaku tugas, yang dihasilkan dari usaha mental dan / atau fisik awal yang telah mengalami penurunan sedemikian rupa, individu tidak lagi mampu secara memadai memenuhi tuntutan pekerjaan. Individu mampu memenuhi tuntutan hanya dengan meningkatkan usaha mental dan melawan secara psikis (Beurskens et al, 2000).
Fatigue bisa terjadi secara akut maupuan kronik. Menurut Beurskens et al (2000) fatigue yang akut merupakan kondisi yang normal, yang akan hilang setelah periode istirahat, atau ketika tugas berganti, atau ketika menggunakan strategi yang tertentu. Sedangkan fatigue kronik bersifat irreversible, dan strategi yang sebelumnya berhasil untuk mengatasi fatigue akut tidak efektif lagi.
ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
Kelelahan emosional dapat mempengaruhi kinerja perawat manajer dan perawat pelaksana terkait kualitas asuhan yang diberikan (Walsh, 2013).Fatigue secara umum disebabkan oleh kondisi kerja (Walsh, 2013), tuntutan pekerjaan, kontrol pekerjaan dan dukungan sosial dalam lingkungan kerja, kepuasan petugas, kejenuhan (burnout) dan masalah kesehatan (Adrienssens et al, 2011; Ashley, 2011), dan kurangnya kontrol terhadap satu pekerjaan, tuntutan pekerjaan yang tinggi, kurangnya penghargaan serta dukungan teman kerja yang buruk (Parhizi, Steege & Pasupathy, 2013). Berdasarkan hasil penelitian Han, Trinkoff & Geiger-Brown (2014) faktor yang berhubungan secara significan dengan fatigue kronik adalah pergantianpola shift dan tuntutan psikologis pekerjaan (beban kerja dan dukungan sosial dari supervisor atau teman kerja). Rotasi shift berhubungan secara signifikan dengan fatigue akut. Hill, Winwood, Winefield & Lushinton (2006) dalam penelitiannya menyebutkan usia muda lebih beresiko untuk mengalami fatigue dan mengalami masa pemulihan yang lebih buruk daripada kelompok usia yang lebih tua.
Joint Comission (2011) dan hasil penelitian Martin 2015) menyebutkan bahwa lama waktu shift dan jadwal shift perpengaruh secara significan terhadap kesehatan petugas kesehatan.Selain tingginya tuntutan kerja, kurangnya penghargaan di tempat kerja juga merupakan faktor resiko terjadinya fatigue (Erikson, 2006).
Schaffner (2006) dalam CNA & RNAO (2010) menyimpulkan bahwa faktor yang menyebabkan fatigue adalah: gangguan tidur, kurang olahraga, lingkungan rumah, dukungan keluarga dan teman kerja, jadwal kerja (bekerja >40 jam per minggu, on-call), lingkungan kerja (kerja 12 jam per shift, kerja >12 jam/hari kerja, kerja tiga shift 12 jam berturut-turut, perputaran shift, kerja 8 jam shift).
Hasil penelitian Hasan & Supriyadi (2014) menunjukkan bahwa shift dan beban kerja berhubungan secara signifikan dengan kejadian fatigue.Perawat biasanya bekerja dengan shift lebih lama dan waktu isirahat yang lebih sedikit. Lamanya waktu shift sering kali tidak bisa diprediksi terkait dengan kebutuhan pasien dan perubahan staf yang tidak terantisipasi (Walsh, 2013). Kerja shift malam dan shift yang berbeda-beda memberikan kesulitan secara fisik dan mental (Scott et al, 2010). Terkait dengan terganggunya siklus irama sirkadian, perawat yang bertugas shift malam melaporkan insiden gangguan tidur dan fatigue yang cukup tinggi dibandingkan dengan perawat non shift (Walsh, 2013).
DASAR TEORITIS
Erikson (2006) menuliskan bahwa beberapa petugas yang mengalami fatigue tidak memiliki latar belakang penyakit tertentu atau gangguan biologis yang dapat diukur secara objektif dengan instrument yang ada. Dalam studi epidemiologi hubunganfatigue terhadp tuntutan kerja yang tinggi dan stress psikologis, merupakan salah satu dugaan proses reaksi wear-out dan/atau psikodinamik yang kompleks. Sebagai contohnya aktifitas fisik dan mental yang intens dan jangka panjang, tidur dan istirahat yang tidak adekuat, dan kurangnya stimulus mental yang positif (misalnya variasi tugas, tantangan yang positif dan dukungan) dapat menyebabkan reaksi wear-out yang ditandai dengan fatigue yang persistent. Pengalaman psikoanalitik mengindikasikan bahwa perasaan tertekan dan perasaan agresif dapat bermanifestasi sebagai gejala somatik. Paparan terhadap konflik peran dapat menyebabkan frustasi, dansusahtidur.
Tidur memiliki peran yang penting dalam fungsi imun, metabolism, memori, pembelajaran dan fungsi vital lainnya.Ritme sirkadian merupakan sistem dengan kontrol internal “body clock” yang mengontrol kewaspadaan dan tidur. Kerja dengan pola shift, terutama shift sore dan malam menimbulkan masalah dikarenakan perawat membutuhkan konsentrasi dan aktivitas di saat tubuh dalam fase istirahat dalam siklus harian (Harvard Medical School, 2008). Ritme sircrdian mempunyai peran penting dalam pelepasan hormone (seperti: cortisol, ghrelin dan leptin), suhu tubuh dan siklus tidur-terjaga dan berkaitan dengan masalah tidur, penyakit , depresi dan insomnia (National Institute of Health, 2013).
Pada umumnya, orang dewasa membutuhkan tidur 7-9 jam dalam sehari.Berdasarkan hasil penelitian Dinges (1994) kurang tidur dikaitkan dengan leukositosis dan peningkatan aktifitas sel natural killer (NK). Pada kondisi kurang tidur yang berat, terdapat peningkatan jumlah WBC, granulosit, monosit, aktifitas NK dan proporsi limfosit pada fase S dari siklus sel. Perubahan jumlah monosit berkorelasi dengan perubahan parameter imunitas lainnya. Jumlah Limfosit CD4 CD16,CD56 dan CD57 menurun setelah tidak tidur selama 1 malam sedangkan CD56 dan CD57 meningkat jumlahnya setelah tidak tidur selama dua malam.
Gangguan tidur terus menerus atau sesekalidapat mempengaruhi “body clock” normal individu, menyebabkan gangguan irama sirkadian. Gangguan irama sirkadian yang sering terjadi pada pada pekerja shift adalah gangguan tidur. Gangguan tidur ditandai dengan periode gangguan tidur yang menghasilkan kantuk yang berlebihan dan insomnia, kesulitan berkonsentrasi, sakit kepala, kekurangan energy, gugup, lekas marah, kecemasan dan depresi (Yumang-Ross & Burns, 2014).
GEJALA
Gejala fatigue mungkin di anggap biasa oleh sebagaian orang, akan tetapi ketidakpedulian terhadap gejala fatigue akan mempersulit penanganan. Perawat harus mewaspadai beberapa tanda dan gejala adanya kondisi fatigue. Menurut CNA & RNAO (2010) tanda dan gejala fatigue meliputi:
a. Fisik
- Menguap
- Kelopak mata berat,
- Menggosok mata,
- Kepala terkulai,
- Masalah onset tidur (atau tidur mikro),
- Penurunan koordinasi tangan-mata
b. Mental
- Peningkatan kecemasan
- Waktu reaksi melambat
- Penurunan efisiensi dan kinerja
- Sulit berkonsentrasi
- Penyimpangan dalam perhatian
- Kesulitan dalam mengingat,
- Kegagalan untuk berkomunikasi dengan tepat
- Kegagalan untuk mengantisipasi,
- Kesalahan akibat kelalaian
c. Emosional
- Merasa seperti "hidup dalam ruang hampa"
- merasa "lelah",
- Merasa sepi atau lain dari biasanya,
- Merasa lesu,
- kurang motivasi,
- perasaan marah atau menunjukkan perilaku pemarah
Selain gejala tersebut, Heitmann dan Moore-Ede (2015) juga menuliskan gangguan yang dapat terjadi pada perawat akibat dari fatigue adalah:
- fisik : menurunnya koordinasi motorik, waktu berespon jadi lebih melambat, dan penurunan energy
- psikologis/sosial: berkurangnya kontak dengan lingkungan sekitar, kurang motivasi, lebih apatis terhadap orang-orang sekitarnya, dan lebih mudah frustasi
- kognitif: tidak dapat berfikir sejernih atau secepat biasanya, menurunnya kemampuan menyelesaikan masalah, gangguan memori, sulit berkomunikasi dan atau memproses komunikasi dan informasi serta menurunnya kemampuan penilaian dan pengambilan resiko.
Seluruh perawat harus dapat mengenali tanda-tanda adanya fatigue, segera melaporkan kepada pihak terkait serta dapat mengatur waktu istirahat dan mencukupi nutrisi ketika bekerja.Diperlukan juga sistem pendukung dari keluarga dan juga dari teman sejawat untuk antisipasi dan pencegahan terjadinya fatigue
( Dari Berbagai Sumsber)
( Doc Hukormas RSMH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar