DOAMISIN
VS AMOKSISILIN – RESISTENSI ANTIBIOTIK
Narasumber : Yuniar, MSc, Apt (
RSMH Palembang)
Sudah pada kenal belum sama yang namanya resistensi antibiotik ? Kalo antibiotik, pasti sudah pada tau kan ? Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri ya gaessss. Jadi digunakan untuk menyembuhkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik tidak dapat membunuh virus, atau mikroba lain ( jamur, parasite, protozoa). Mungkin teman-teman ingat pelajaran waktu sekolah dulu. Bakteri itu termasuk salah satu jenis mikroorganisme/mikroba. Bakteri adalah organisme yang sangat kecil dan berukuran micron dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop. Antibakteri (antibiotik) antivirus, anti jamur antiparasit termasuk dalam golongan antimikroba. WHO menggunakan istilah antimikroba untuk resistensi antimikroba karena bukan hanya bakteri yang dapat mengalami resistensi. Walaupun kasus terbanyak resistensi terjadi pada bakteri
Bakteri
dapat dijumpai dihampir semua tempat, seperti tanah air, udara hidup bersama
dengan organisme lain (simbiosis) termasuk
didalam tubuh manusia. Sebagian dari
mereka ada yang bersifat merugikan (bersifat jahat) dikenal sebagai penyebab
infeksi dan penyebab penyakit, sebagian lagi ada yang bersifat baik dan bermanfaat misalnya
dibidang pengobatan, pangan dan industri.
Bakteri baik, misalnya yang berdomisili di saluran cerna kita, bertugas mengubah
makanan menjadi zat gizi, membuat vit B & K, menjaga usus agar sehat, membuat
BAB jadi lancar dan melindungi
tubuh dari bakteri jahat. Bakteri baik juga bermanfaat untuk alam, karena dapat membersihkan polusi,
menghancurkan sampah, melindungi tanaman dari jamur dan bakteri jahat, dan
dapat menyediakan zat gizi bagi tanaman. Tapi, bakteri jahat membuat tubuh kita
sakit, misalnya TBC, disentri , Tifus, ISPA, dll. Bakteri yang menyebabkan
penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan disebut bakteri patogen
So…balik lagi ke
pertanyaan di atas. Apa itu resistensi antibiotik ? Resistensi atau kekebalan
yang dimaksud ini dialami oleh mikroorganisme salah satunya adalah
bakteri. Bakteri disebut resisten jika
sudah kebal atau tidak dapat lagi dibunuh oleh antibiotik. Bakteri resisten ini bahkan dapat bermutasi
menjadi superbug yang sangat kuat dalam melawan antibiotik.
Mengapa
Bakteri bisa resisten ?
Resistensi bakteri
adalah kondisi ketika suatu strain bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik .
Resistensi ini berkembang secara alami
melalui mutasi yang terjadi secara perlahan dan acak dan bisa juga direkayasa
oleh pemakaian antibiotik yang tidak tepat. Setelah gen resisten dihasilkan,
bakteri kemudian dapat mentransfer informasi genetik antar individu dengan
pertukaran plasmid, mereka kemudian akan mewariskan sifat itu kepada keturunannya yang akan menjadi generasi resisten, sehingga
disebut bakteri multi resisten atau super bug. Pada saat kita mengkonsumsi
antibiotic, maka dalam tubuh kita akan terjadi mekanisme Selective
pressure, dimana bakteri jahat akan membunuh semua bakteri baik yang ada
ditubuh, kemudian mereka akan bereplikasi memperbanyak diri mereka, sehingga membuat tubuh kita tidak dapat
melindungi diri sendiri.
Resistensi
bakteri memang seperti tidak terasakan secara langsung akibatnya oleh pasien,
namun akan terasa dampaknya ketika seseorang terinfeksi dan tidak kunjung sembuh
setelah diberi antibiotik, sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit, lebih
lama dan harus menggunakan antibiotik
lain yang lebih kuat dan relatif lebih mahal.
Bakteri
adalah organisme yang memiliki daya adaptasi yang tinggi, sehingga resistensi
terhadap bakteri bisa merupakan respon
bakteri terhadap lingkungannya, termasuk paparannya terhadap antibiotika. Kita
tidak bisa menutup mata bahwa saat ini, lingkungan kitapun telah tercemar
dengan antibiotik, karena antibiotik juga ternyata dimasukkan kedalam pakan
makanan ternak, pada peternakan ayam, digunakan antibiotik yang dipercaya dapat
mempercepat pertumbuhan hewan, bahkan antibiotik juga disuntikkan kepada
ayam-ayam potong yang sakit yang kemudian
dijual dipasar dan kita makan. Antibiotik juga kadang dicampurkan kedalam pakan
ikan lele, sehingga antibiotik secara tidak sengaja terpapar kepada lingkungan,
tanah dan air kita dan secara langsung ketubuh manusia yang mengkonsumsi hewan
tersebut. Sehingga tidak heran lagi,
pada bayi dan anak-anak pun, ditemukan bakteri yang resisten pada hasil
pemeriksaan sensitifitas di laboratorium , padahal mereka belum pernah
mengkonsumsi antibiotik tersebut.
Mengapa
resistensi harus dicegah ?
Penicilin
ditemukan pertama kali oleh Alexander
Fleming pada tahun 1928. Sebelum tahun 1940, semua pasien infeksi akan
mengalami kematian, namun setelah penicillin diproduksi pada tahun 1940, maka
kasus infeksi dapat disembuhkan, terutama pada saat perang dunia, tentara dan
korban perang dapat diselamatkan. Maka saat itu
dunia memasuki post antibiotic era.
Namun, jika kita lalai dan menggunakan antibiotik secara serampangan, maka akan kita akan kembali ke zaman pra antibiotik
/zaman sebelum antibiotik ditemukan dan
akan terjadi peningkatan angka kematian karena infeksi.
Antibiotik
baru tida/belum pernah lagi ditemukan. Kecepatan penemuan antibiotik baru lebih
lambat dibandingkan kepintaran
bakteri untuk menjadi resisten, sehingga
kejadian resistensi menjadi tinggi. Pabrik
lebih suka memproduksi atau meneliti vitamin dibandingkan dengan antibiotik
baru karena lebih menguntungkan. Jadi kalau semua bakteri sudah kebal/
resisten, maka tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit infeksi. Pada Pada
tahun 2013 terdata 700.000 kematian
akibat resistensi antimikroba, dan diprediksi pada tahun 2050 akan terjadi 10
juta kematian akibat resistensi (riskesdas 2013) So… kalau sekarang saja sudah
demikian, bagaimana dengan anak cucu kita kelak? Apakah cukup kita berikan Doasiklin saja atau Yasinmisin saja ? Oleh karena
itu kita harus ikut berpartisipasi menjaga agar
antibiotik yang ada sekarang tetap sensitif untuk bakteri jahat.
Salah
satu pemicu resistensi adalah penggunaan antibiotik yang tidak bijak, tidak
tepat atau berlebihan. Selain resistensi, layaknya semua obat, antibiotik juga
memiliki banyak sekali efek samping, misalnya mulai dari mual, muntah, alergi,
sampai pada gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati, gangguan pada janin dan
lain-lain. Selain itu juga bisa berinteraksi dengan obat lain atau berinteraksi
dengan makanan yang dapat memberikan efek yang membahayakan .
Penyakit karena infeksi
bakteri perlu diobati dengan antibiotik. Tapi jika penggunaannya tidak tepat,
bakteri akan resisten. Antibiotik juga tidak bisa digunakan untuk pencegahan.
Berikut contoh infeksi virus yang tidak memerlukan antibiotik :
1. Batuk
pilek tanpa sesak ( common cold)
2. Influenza
3. Cacar
air, gondongan, campak
4. Luka
kecil / tergores
5. Demam
berdarah
6. Diare biasa tanpa lendir dan darah
7. Hepatitis
8.
Bagaimana
cara menggunakan antibiotik dengan bijak ?
Antibiotik bukanlah
obat yang bisa digunakan untuk semua penyakit.
Antibiotik hanya efektif digunakan untuk infeksi oleh bakteri . Antibiotik hanya bisa peroleh di apotek atau
RS dengan resep dokter, tanyakan diagnosa penyakit saat diperiksa oleh dokter
Hal yang penting
diketahui dan dilakukan oleh masyarakat
adalah JANGAN MENYIMPAN antibiotik di rumah untuk persediaan. Why ?? Karena
kembali ke definisi diatas, antibiotik hanya untuk infeksi bakteri. Jadi untuk
mengetahui apakah infeksi bakteri atau tidak, maka pasien harus diperiksa oleh
dokter, dokter yang akan memberikan diagnosa, apakah penyakit karena infeksi
bakteri atau bukan. Jadi tidak boleh diberikan antibiotik jika belum diketahui
penyebabnya. Jika sudah pasti disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan
antibiotik bagi pasien. Hanya oleh dokter yaaaa…. Tidak oleh mantri, bidan atau
tenaga kesehatan lainnya, apalagi oleh dukun. Untuk swamedikasi atau penggunaan
obat sendiri, sementara bisa menggunakan obat bebas atau obat bebas terbatas
yang dapat diperoleh tanpa resep dokter untuk meredakan gejala penyakit,
misalnya antipiretik untuk menurunkan demam atau obat batuk pilek yang dijual
bebas.
Apa
yang dimaksud penggunaan antibiotik bijak ?
1. Tidak
menggunakan antibiotik kecuali untuk infeksi bakteri dan dihabiskan,
harus melalui diagnosa dokter
2. Tidak membeli antibiotik sendiri tanpa resep dokter
3. Tidak menyimpan antibiotik di rumah
4. Tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang
lain
5. Gunakan
antibiotik sesuai aturan dan petunjuk dokter atau apoteker.
Untuk itu ayo bijak
gunakan antibiotik . Tanyakan dengan jelas informasi tentang antibiotik kepada
apoteker kesayangan dan kepercayaan anda.
Hal-hal yang harus
ditanyakan :
1. Jenis
dan jumlah antibiotik yang diterima
2. Indikasi
antibiotic
3. Aturan
pakai minum obat, waktu, lama dan interval pemakaian obat harus tepat pada
jarak waktu yang sama ( jika mungkin dengan menghidupkan alarm/ jam weker)
4. Cara
menyimpan obat
5. Kemungkinan
efek samping, resiko alergi
Berkut
merupakan contoh penggunaan antibiotik yang tidak tepat :
1. Penggunaan
antibiotik yang berlebihan.
Misalanya penggunaan antibiotik
untuk kasus flu , batuk pilek , atau diare ringan tanpa darah
2. Penggunaan
antibiotik yang terputus / tidak habis.
Seringkali pasien
menghentikan penggunaan antibiotik saat merasa sembuh atau gejala sudah
berkurang, padahal penggunaan antibiotik harus dalam jangka waktu tertentu,
misalnya 5 atau 7 hari tergantung jenis
infeksinya.
Resistensi antibiotik sudah
menjadi masalah global atau sudah mendunia. Jadi sudah saatnya kita semua
peduli dan melakukan sesuatu untuk menghambat bahaya resistensi antimikroba di
Indonesia. Diperlukan peran serta semua pihak untuk mencegah kembalinya manusia
ke zaman pra antibiotik, antara lain :
Peran masyarakat :
1. Terapkan
penggunaan antibiotik bijak
2. Gunakan
antibiotik sesuai aturan.
3. Tidak
mudah mengobati diri sendiri dengan antibiotik, karena penyakit yang nampaknya
sama belum tentu penyebabnya sama, sehingga seharusnya mendapatkan diagnosa
yang tepat dari dokter
Peran Tenaga Kesehatan
1. Dokter
sebaiknya lebih hati-hati dalam meresepkan antibiotik
2. Apoteker
lebih berharti-hati untuk tidak menjual
dan memberikan antibiotik tanpa resep dokter
3. Apoteker
dapat secara profesional melaksanakan tugasnya dengan melakukan konseling dan
edukasi kepada semua pasien yang menebus resep dan giat dalam melakukan
kegiatan Pelayanan Informasi Obat terutama antibiotik
Get Well Soon, without
antibiotic
( Doc Hukormas RSMH)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar