Senin, 29 Maret 2021

DOAMISIN VS AMOKSISILIN – RESISTENSI ANTIBIOTIK

 

 

DOAMISIN VS AMOKSISILIN – RESISTENSI ANTIBIOTIK

Narasumber : Yuniar, MSc, Apt ( RSMH Palembang)

 

Sudah pada kenal belum sama yang namanya resistensi antibiotik ? Kalo antibiotik, pasti sudah pada tau kan ? Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Bakteri ya gaessss. Jadi digunakan untuk menyembuhkan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotik tidak dapat membunuh virus, atau mikroba lain ( jamur, parasite, protozoa). Mungkin teman-teman ingat pelajaran waktu sekolah dulu. Bakteri itu termasuk salah satu jenis mikroorganisme/mikroba. Bakteri adalah organisme yang sangat kecil dan berukuran micron dan hanya dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop.  Antibakteri (antibiotik) antivirus, anti jamur antiparasit termasuk dalam golongan antimikroba. WHO menggunakan istilah antimikroba untuk resistensi antimikroba karena bukan hanya bakteri yang dapat mengalami resistensi. Walaupun kasus  terbanyak resistensi terjadi pada bakteri

Bakteri dapat dijumpai dihampir semua tempat, seperti tanah air, udara hidup bersama dengan organisme  lain (simbiosis) termasuk didalam tubuh manusia.  Sebagian dari mereka ada yang bersifat merugikan (bersifat jahat) dikenal sebagai penyebab infeksi dan penyebab penyakit, sebagian lagi ada yang  bersifat baik dan bermanfaat misalnya dibidang pengobatan, pangan  dan industri. Bakteri baik, misalnya yang berdomisili di saluran cerna kita, bertugas mengubah makanan menjadi zat gizi, membuat vit B & K, menjaga usus agar sehat, membuat BAB jadi  lancar dan melindungi tubuh  dari bakteri jahat.  Bakteri baik juga bermanfaat untuk  alam, karena dapat membersihkan polusi, menghancurkan sampah, melindungi tanaman dari jamur dan bakteri jahat, dan dapat menyediakan zat gizi bagi tanaman. Tapi, bakteri jahat membuat tubuh kita sakit, misalnya TBC, disentri , Tifus, ISPA, dll. Bakteri yang menyebabkan penyakit pada manusia, hewan dan tumbuhan disebut bakteri patogen

So…balik lagi ke pertanyaan di atas. Apa itu resistensi antibiotik ? Resistensi atau kekebalan yang dimaksud ini dialami oleh mikroorganisme salah satunya adalah bakteri.  Bakteri disebut resisten jika sudah kebal atau tidak dapat lagi dibunuh oleh antibiotik.  Bakteri resisten ini bahkan dapat bermutasi menjadi superbug yang sangat kuat dalam melawan antibiotik.

Mengapa Bakteri bisa resisten ?

Resistensi bakteri adalah kondisi ketika suatu strain bakteri menjadi kebal terhadap antibiotik . Resistensi ini  berkembang secara alami melalui mutasi yang terjadi secara perlahan dan acak dan bisa juga direkayasa oleh pemakaian antibiotik yang tidak tepat. Setelah gen resisten dihasilkan, bakteri kemudian dapat mentransfer informasi genetik antar individu dengan pertukaran plasmid, mereka kemudian akan mewariskan  sifat itu kepada keturunannya  yang akan menjadi generasi resisten, sehingga disebut bakteri multi resisten atau super bug. Pada saat kita mengkonsumsi antibiotic, maka dalam tubuh kita akan terjadi  mekanisme Selective pressure, dimana bakteri jahat akan membunuh semua bakteri baik yang ada ditubuh, kemudian mereka akan bereplikasi memperbanyak diri mereka,  sehingga membuat tubuh kita tidak dapat melindungi diri sendiri.

Resistensi bakteri memang seperti tidak terasakan secara langsung akibatnya oleh pasien, namun akan terasa dampaknya ketika seseorang terinfeksi dan tidak kunjung sembuh setelah diberi antibiotik, sehingga pengobatannya menjadi lebih sulit, lebih lama  dan harus menggunakan antibiotik lain yang lebih kuat dan relatif lebih mahal.

Bakteri adalah organisme yang memiliki daya adaptasi yang tinggi, sehingga resistensi terhadap bakteri bisa  merupakan respon bakteri terhadap lingkungannya, termasuk paparannya terhadap antibiotika. Kita tidak bisa menutup mata bahwa saat ini, lingkungan kitapun telah tercemar dengan antibiotik, karena antibiotik juga ternyata dimasukkan kedalam pakan makanan ternak, pada peternakan ayam, digunakan antibiotik yang dipercaya dapat mempercepat pertumbuhan hewan, bahkan antibiotik juga disuntikkan kepada ayam-ayam potong yang sakit  yang kemudian dijual dipasar dan kita makan. Antibiotik juga kadang dicampurkan kedalam pakan ikan lele, sehingga antibiotik secara tidak sengaja terpapar kepada lingkungan, tanah dan air kita dan secara langsung ketubuh manusia yang mengkonsumsi hewan tersebut. Sehingga tidak heran lagi,   pada bayi dan anak-anak pun, ditemukan bakteri yang resisten pada hasil pemeriksaan sensitifitas di laboratorium , padahal mereka belum pernah mengkonsumsi antibiotik tersebut.

Mengapa resistensi  harus dicegah ?

Penicilin ditemukan pertama kali  oleh Alexander Fleming pada tahun 1928. Sebelum tahun 1940, semua pasien infeksi akan mengalami kematian, namun setelah penicillin diproduksi pada tahun 1940, maka kasus infeksi dapat disembuhkan, terutama pada saat perang dunia, tentara dan korban perang dapat diselamatkan. Maka saat itu  dunia memasuki post antibiotic era. Namun, jika kita lalai dan menggunakan antibiotik secara serampangan,  maka akan kita akan kembali ke zaman pra antibiotik /zaman sebelum antibiotik ditemukan  dan akan terjadi peningkatan angka kematian karena infeksi.

Antibiotik baru tida/belum pernah lagi ditemukan.  Kecepatan penemuan antibiotik baru lebih lambat dibandingkan  kepintaran bakteri  untuk menjadi resisten, sehingga kejadian resistensi menjadi tinggi.  Pabrik lebih suka memproduksi atau meneliti vitamin dibandingkan dengan antibiotik baru karena lebih menguntungkan. Jadi kalau semua bakteri sudah kebal/ resisten, maka tidak ada obat untuk menyembuhkan penyakit infeksi. Pada Pada tahun 2013  terdata 700.000 kematian akibat resistensi antimikroba, dan diprediksi pada tahun 2050 akan terjadi 10 juta kematian akibat resistensi (riskesdas 2013) So… kalau sekarang saja sudah demikian, bagaimana dengan anak cucu kita kelak? Apakah cukup kita berikan Doasiklin  saja atau Yasinmisin saja ? Oleh karena itu kita harus ikut berpartisipasi menjaga agar  antibiotik yang ada sekarang tetap sensitif untuk bakteri jahat.

Salah satu pemicu resistensi adalah penggunaan antibiotik yang tidak bijak, tidak tepat atau berlebihan. Selain resistensi, layaknya semua obat, antibiotik juga memiliki banyak sekali efek samping, misalnya mulai dari mual, muntah, alergi, sampai pada gangguan fungsi ginjal dan fungsi hati, gangguan pada janin dan lain-lain. Selain itu juga bisa berinteraksi dengan obat lain atau berinteraksi dengan makanan yang dapat memberikan efek yang membahayakan .

Penyakit karena infeksi bakteri perlu diobati dengan antibiotik. Tapi jika penggunaannya tidak tepat, bakteri akan resisten. Antibiotik juga tidak bisa digunakan untuk pencegahan. Berikut contoh infeksi virus yang tidak memerlukan antibiotik :

1.      Batuk pilek tanpa sesak ( common cold)

2.      Influenza

3.      Cacar air, gondongan, campak

4.      Luka kecil / tergores

5.      Demam berdarah

6.      Diare  biasa tanpa lendir dan darah

7.      Hepatitis

8.       

Bagaimana cara menggunakan antibiotik dengan bijak ?

Antibiotik bukanlah obat yang bisa digunakan untuk semua penyakit.  Antibiotik hanya efektif digunakan untuk infeksi oleh bakteri .  Antibiotik hanya bisa peroleh di apotek atau RS dengan resep dokter, tanyakan diagnosa penyakit saat diperiksa oleh dokter

Hal yang penting diketahui dan dilakukan  oleh masyarakat adalah JANGAN MENYIMPAN antibiotik di rumah untuk persediaan. Why ?? Karena kembali ke definisi diatas, antibiotik hanya untuk infeksi bakteri. Jadi untuk mengetahui apakah infeksi bakteri atau tidak, maka pasien harus diperiksa oleh dokter, dokter yang akan memberikan diagnosa, apakah penyakit karena infeksi bakteri atau bukan. Jadi tidak boleh diberikan antibiotik jika belum diketahui penyebabnya. Jika sudah pasti disebabkan oleh bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik bagi pasien. Hanya oleh dokter yaaaa…. Tidak oleh mantri, bidan atau tenaga kesehatan lainnya, apalagi oleh dukun. Untuk swamedikasi atau penggunaan obat sendiri, sementara bisa menggunakan obat bebas atau obat bebas terbatas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter untuk meredakan gejala penyakit, misalnya antipiretik untuk menurunkan demam atau obat batuk pilek yang dijual bebas.

Apa yang dimaksud penggunaan antibiotik bijak ?

1.      Tidak menggunakan  antibiotik  kecuali untuk infeksi bakteri dan  dihabiskan,  harus melalui diagnosa dokter

2.       Tidak membeli antibiotik sendiri  tanpa resep dokter

3.       Tidak menyimpan antibiotik di rumah

4.       Tidak memberikan antibiotik sisa kepada orang lain

5.      Gunakan antibiotik sesuai aturan dan petunjuk dokter atau apoteker.

Untuk itu ayo bijak gunakan antibiotik . Tanyakan dengan jelas informasi tentang antibiotik kepada apoteker kesayangan dan kepercayaan anda.

Hal-hal yang harus ditanyakan :

1.      Jenis dan jumlah antibiotik yang diterima

2.      Indikasi antibiotic

3.      Aturan pakai minum obat, waktu, lama dan interval pemakaian obat harus tepat pada jarak waktu yang sama ( jika mungkin dengan menghidupkan alarm/ jam weker)

4.      Cara menyimpan obat

5.      Kemungkinan efek samping, resiko alergi

 

Berkut merupakan contoh penggunaan antibiotik yang tidak tepat :

1.      Penggunaan antibiotik yang berlebihan.

Misalanya penggunaan antibiotik untuk kasus flu , batuk pilek , atau diare ringan tanpa darah

2.      Penggunaan antibiotik yang terputus / tidak habis.

Seringkali pasien menghentikan penggunaan antibiotik saat merasa sembuh atau gejala sudah berkurang, padahal penggunaan antibiotik harus dalam jangka waktu tertentu, misalnya 5  atau 7 hari tergantung jenis infeksinya.

 

Resistensi antibiotik sudah menjadi masalah global atau sudah mendunia. Jadi sudah saatnya kita semua peduli dan melakukan sesuatu untuk menghambat bahaya resistensi antimikroba di Indonesia. Diperlukan peran serta semua pihak untuk mencegah kembalinya manusia ke zaman pra antibiotik, antara lain :

Peran masyarakat :

1.      Terapkan penggunaan antibiotik bijak

2.      Gunakan antibiotik sesuai aturan.

3.      Tidak mudah mengobati diri sendiri dengan antibiotik, karena penyakit yang nampaknya sama belum tentu penyebabnya sama, sehingga seharusnya mendapatkan diagnosa yang tepat dari dokter

 

Peran Tenaga Kesehatan

1.      Dokter sebaiknya lebih hati-hati dalam meresepkan antibiotik

2.      Apoteker  lebih berharti-hati untuk tidak menjual dan memberikan antibiotik tanpa resep dokter

3.      Apoteker dapat secara profesional melaksanakan tugasnya dengan melakukan konseling dan edukasi kepada semua pasien yang menebus resep dan giat dalam melakukan kegiatan Pelayanan Informasi Obat terutama antibiotik

Get Well Soon, without antibiotic

( Doc Hukormas RSMH)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...