Rabu, 25 Agustus 2021

MANFAAT VITAMIN D DALAM MASA PANDEMI COVID 19

 

MANFAAT VITAMIN D DALAM MASA PANDEMI COVID-19

Narasumber : Dwi Maya Sari, S.Kep RSMH Palembang)


 

Pandemi COVID-19 telah merenggut ratusan ribu jiwa di seluruh dunia. Infeksi severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) ini menunjukkan spektrum penyakit yang luas, dengan sebagian besar pasien mengalami gejala ringan atau bahkan asimtomatik.

Variasi yang besar dalam angka mortalitas COVID-19 antar negara dan wilayah telah dilaporkan. Selain umur, penyakit komorbid, dan ketersediaan fasilitas kesehatan, status kecukupan vitamin D diasumsikan memainkan peranan, mengingat angka mortalitas COVID-19 ditemukan relatif lebih tinggi pada negara dengan insidensi defisiensi vitamin D yang tinggi, seperti Italia, Spanyol, dan Perancis.

 

Sekilas tentang Vitamin D

1,25-dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3) merupakan bentuk aktif dari vitamin D3 yang diproduksi dominan oleh prekursor dalam kulit melalui radiasi ultraviolet B (UVB) terhadap 7-dehydrocholesterol. Vitamin D banyak ditemukan di produk susu, sereal, dan minyak ikan. Kadar serum vitamin D >30 µg/mL (>75 µmol/L) merupakan konsentrasi optimal yang memberi manfaat untuk kesehatan.

Seiring bertambahnya usia, kemampuan kulit memproduksi vitamin D3 semakin berkurang. Pada musim dingin, sangat sedikit radiasi UVB yang sampai ke permukaan bumi (di daerah tertentu), hal ini membuat risiko defisiensi vitamin D saat musim dingin meningkat. Walaupun wilayah tropis mendapat paparan sinar matahari lebih tinggi, hal ini tidak menjamin kecukupan vitamin D apabila kegiatan sosial dan budaya masyarakat saat adanya paparan sinar matahari dibatasi, terutama dengan adanya anjuran stay at home saat pandemi ini.

 

Seputar Gejala COVID-19

Menurut materi tanya jawab seputar virus corona yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI bersama USAID dan Germas pada Mei 2020, bila timbul gejala, tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga kategori, yaitu:

1. Gejala Kategori Ringan

  • Demam lebih tinggi sama dengan 380C
  • Batuk
  • Nyeri tenggorokan
  • Hidung tersumbat
  • Malaise

2. Gejala Kategori Sedang  

  • Demam lebih tinggi sama dengan 380C
  • Sesak napas, batuk menetap, dan sakit tenggorokan
  • Batuk atau kesulitan bernapas, disertai napas cepat pada anak dengan pneumonia ringan

3.  Gejala Kategori Berat

  • Demam lebih kurang sama dengan 38 derajat Celsius
  • Ada infeksi saluran napas dengan tanda-tanda: peningkatan frekuensi napas hingga sesak napas dan batuk
  • Penurunan kesadaran
  • Dalam pemeriksaan lanjut, ditemukan saturasi oksigen kurang dari 90% udara luar
  • Dalam pemeriksaan darah: Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan limfosit atipik 

Peran Vitamin D pada Infeksi COVID-19

Vitamin D telah terbukti dalam menurunkan risiko infeksi saluran pernapasan. Bersamaan dengan itu, efeknya dalam meningkatkan imunitas seluler dan adaptif juga turut membuat vitamin D patut dipertimbangkan sebagai opsi potensial untuk mengobati dan mencegah COVID-19.

Sampai saat ini, belum ada uji klinis yang dilakukan untuk menentukan efek vitamin D secara spesifik dalam menyupresi rantai SARS-CoV-2. Beberapa studi telah meneliti luaran klinis pasien COVID-19 berdasarkan status vitamin D. Sebuah meta analisis yang dilakukan oleh Alipio meneliti 212 pasien COVID-19 dan status vitamin D. Rerata kadar serum vitamin D adalah 31,2 µg/mL pada gejala ringan; 27,4 µg/ml pada gejala sedang; dan 21,2 µg/ml pada gejala berat.

Kadar vitamin D yang normal ditemukan pada 55 pasien dan mayoritas (85,5%) mengalami gejala ringan. Status insufisiensi vitamin D ditemukan pada 80 pasien dan mayoritas (43,8%) mengalami gejala sedang. Pasien dengan status defisiensi vitamin D ada sebanyak 77 orang dan mayoritas (40,3%) mengalami gejala berat. Studi ini menyimpulkan bahwa kadar serum vitamin D berkaitan dengan luaran klinis pasien COVID-19. Dalam hal ini, suplementasi vitamin D mungkin dapat meningkatkan luaran klinis pasien COVID-19, tetapi studi uji klinis acak terkontrol dengan sampel besar perlu dilakukan untuk mengonfirmasinya.

Sebuah studi kohort retrospektif di Indonesia, dengan sampel 780 pasien COVID-19, meneliti tentang keterkaitan status vitamin D dan mortalitas pasien COVID-19. Setelah mengesampingkan faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas; hasil studi ini menyimpulkan bahwa status vitamin D berkaitan erat dengan mortalitas pasien COVID-19. Angka mortalitas ditemukan lebih tinggi pada pasien dengan insufisiensi vitamin D. Jika dibandingkan dengan pasien COVID-19 dengan status vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat sebanyak 10,12 kali pada pasien COVID-19 dengan defisiensi vitamin D.

Dalam tinjauan naratif, Grant et al mendukung peran vitamin D dengan konsentrasi tinggi dalam menurunkan risiko infeksi infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), termasuk influenza, pneumonia, dan infeksi coronavirus. Suplementasi vitamin D3 dapat diberikan untuk meningkatkan konsentrasi vitamin D. Kisaran optimal vitamin D untuk mencapai efek protektif adalah 40-60 µg/mL. Untuk mencapai kadar tersebut, suplementasi vitamin D3 perlu diberikan dengan dosis 10.000 IU per hari selama sebulan, lalu dilanjutkan dengan dosis 5.000 IU per hari. Jika vitamin D dosis tinggi diberikan, suplementasi kalsium tidak boleh diberikan dalam dosis tinggi untuk menghindari terjadinya hiperkalemia.

Cara Memenuhi Kebutuhan Vitamin D

Agar imunitas tubuh kuat dan risiko terinfeksi virus Corona berkurang, Anda harus tetap mematuhi protokol kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi harian tubuh, termasuk vitamin D. Berikut ini adalah beberapa cara untuk mencukupi asupan vitamin D:

1. Berjemur

Tubuh akan memproduksi vitamin D secara alami saat berjemur di bawah sinar matahari. Anda dianjurkan untuk berjemur pada pagi hari selama sekitar 15–20 menit, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Waktu berjemur yang ideal untuk pembentukan vitamin D adalah sekitar pukul 08.30 hingga 10.00.

Saat berjemur, gunakanlah topi, kacamata hitam, serta tabir surya dengan SPF minimal 30, agar mata dan kulit terlindungi dari efek sinar ultraviolet yang berbahaya.

2. Mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D

Asupan vitamin D juga bisa diperoleh dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D. Makanan yang kaya akan vitamin D antara lain adalah ikan salmon, sarden, daging tanpa lemak, hati, kuning telur, jamur, tuna, udang, dan susu serta produk olahannya.

3. Mengonsumsi suplemen vitamin D

Untuk mencegah kekurangan atau defisiensi vitamin D, Anda dapat melengkapi kedua cara di atas dengan mengonsumsi suplemen vitamin D.

Ada banyak jenis suplemen vitamin D yang beredar di pasaran. Sebaiknya, pilih suplemen vitamin D dengan dosis 1.000 IU, karena ini dianggap sebagai dosis yang aman untuk dikonsumsi setiap hari.

 

Kesimpulan

 

Vitamin D telah berperan dalam modulasi sistem imun dengan menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi dan meningkatkan sitokin yang bersifat antiinflamasi. Vitamin D juga mampu berinteraksi dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai reseptor masuknya virus SARS-CoV-2, sehingga mengurangi respons inflamasi terhadap infeksi SARS-CoV-2.

 

Berbagai studi menyatakan bahwa vitamin D mempunyai peran dalam pencegahan dan terapi penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti tuberkulosis paruinfluenza, dan community acquired pneumonia (CAP). Berdasarkan studi-studi ini, vitamin D patut dipertimbangkan sebagai terapi ajuvan untuk mengobati dan mencegah COVID-19.

Walaupun uji klinis yang meneliti efek vitamin D secara spesifik terhadap SARS-CoV-2 belum tersedia, berbagai studi telah menunjukkan hubungan antara status vitamin D dan luaran klinis serta mortalitas akibat COVID-19. Oleh karena itu, vitamin D dinilai punya manfaat sebagai profilaksis dan terapi COVID-19.

Meskipun demikian, suplementasi vitamin D dalam dosis tinggi (untuk mencapai efek protektifnya) masih menunjukkan hasil yang inkonklusif, uji klinis lebih lanjut dengan desain studi lebih baik dan sampel yang lebih besar perlu dilakukan untuk mengonfirmasi lebih dalam lagi tentang manfaat vitamin D pada COVID-19.

Oleh sebab itu, di masa pandemi ini penting untuk memenuhi kebutuhan vitamin D, terutama vitamin D3. Caranya dengan berjemur di pagi hari dan mengonsumsi makanan kaya vitamin D3.

 

Referensi :

Manfaat Vitamin D bagi penderita Covid 19. Diakses 22 Agustus 2021, from https://www.herminahospitals.com/id/articles/manfaat-vitamin-d3-bagi-penderita-covid-19.html

Manfaat Vitamin D. Diakses 24 Agustus 2021, from https://www.alomedika.com/cme-manfaat-vitamin-d-pada-covid-19

Pentingnya Vitamin D pada Sistem Imun Hadapi COVID-19. Diakses 24 Agustus 2021,  from https://www.alodokter.com/pentingnya-vitamin-d-pada-sistem-imun-hadapi-covid-19

(Doc. Hukormas)

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)

  PERAN VIDEOTRON DI RUMAH SAKIT Narasumber : Akhmad Suhaimi, S.Sos, M.Si (Hukormas RSMH)   Rumah sakit    merupakan fasilitas umum yang keb...