MANFAAT
VITAMIN D DALAM MASA PANDEMI COVID-19
Narasumber : Dwi Maya Sari, S.Kep RSMH Palembang)
Variasi yang besar dalam angka mortalitas COVID-19 antar
negara dan wilayah telah dilaporkan. Selain umur, penyakit komorbid, dan ketersediaan fasilitas kesehatan, status kecukupan vitamin D
diasumsikan memainkan peranan, mengingat angka mortalitas COVID-19 ditemukan
relatif lebih tinggi pada negara dengan insidensi defisiensi vitamin D yang
tinggi, seperti Italia, Spanyol, dan Perancis.
Sekilas tentang Vitamin D
1,25-dihydroxyvitamin D3 (1,25(OH)2D3) merupakan bentuk aktif
dari vitamin D3 yang diproduksi dominan oleh prekursor dalam kulit melalui
radiasi ultraviolet B (UVB) terhadap 7-dehydrocholesterol.
Vitamin D banyak ditemukan di produk susu, sereal, dan minyak ikan. Kadar serum
vitamin D >30 µg/mL (>75 µmol/L) merupakan konsentrasi optimal yang
memberi manfaat untuk kesehatan.
Seiring bertambahnya usia, kemampuan kulit memproduksi vitamin D3
semakin berkurang. Pada musim dingin, sangat sedikit radiasi UVB yang sampai ke
permukaan bumi (di daerah tertentu), hal ini membuat risiko defisiensi vitamin
D saat musim dingin meningkat. Walaupun wilayah tropis mendapat paparan sinar
matahari lebih tinggi, hal ini tidak menjamin kecukupan vitamin D apabila
kegiatan sosial dan budaya masyarakat saat adanya paparan sinar matahari
dibatasi, terutama dengan adanya anjuran stay at home saat
pandemi ini.
Seputar Gejala COVID-19
Menurut materi tanya jawab seputar virus
corona yang disusun oleh Kementerian Kesehatan RI bersama USAID dan Germas
pada Mei 2020, bila timbul gejala, tingkat keparahannya terbagi menjadi tiga
kategori, yaitu:
1. Gejala Kategori Ringan
- Demam
lebih tinggi sama dengan 380C
- Batuk
- Nyeri
tenggorokan
- Hidung
tersumbat
- Malaise
2. Gejala Kategori Sedang
- Demam
lebih tinggi sama dengan 380C
- Sesak
napas, batuk menetap, dan sakit tenggorokan
- Batuk
atau kesulitan bernapas, disertai napas cepat pada anak dengan pneumonia
ringan
3. Gejala Kategori Berat
- Demam
lebih kurang sama dengan 38 derajat Celsius
- Ada infeksi
saluran napas dengan tanda-tanda: peningkatan frekuensi napas hingga sesak
napas dan batuk
- Penurunan
kesadaran
- Dalam
pemeriksaan lanjut, ditemukan saturasi oksigen kurang dari 90% udara luar
- Dalam
pemeriksaan darah: Leukopenia, peningkatan monosit, dan peningkatan
limfosit atipik
Peran Vitamin D pada Infeksi COVID-19
Vitamin D telah terbukti dalam menurunkan risiko infeksi saluran
pernapasan. Bersamaan dengan itu, efeknya dalam meningkatkan imunitas seluler
dan adaptif juga turut membuat vitamin D patut dipertimbangkan sebagai opsi potensial untuk mengobati dan mencegah COVID-19.
Sampai saat ini, belum ada uji
klinis yang dilakukan untuk menentukan efek vitamin D
secara spesifik dalam menyupresi rantai SARS-CoV-2. Beberapa studi telah
meneliti luaran klinis pasien COVID-19 berdasarkan status vitamin D. Sebuah
meta analisis yang dilakukan oleh Alipio meneliti 212 pasien COVID-19 dan
status vitamin D. Rerata kadar serum vitamin D adalah 31,2 µg/mL pada gejala
ringan; 27,4 µg/ml pada gejala sedang; dan 21,2 µg/ml pada gejala berat.
Kadar vitamin D
yang normal ditemukan pada 55 pasien dan mayoritas (85,5%) mengalami gejala
ringan. Status insufisiensi vitamin D ditemukan pada 80 pasien dan mayoritas
(43,8%) mengalami gejala sedang. Pasien dengan status defisiensi vitamin D ada
sebanyak 77 orang dan mayoritas (40,3%) mengalami gejala berat. Studi ini
menyimpulkan bahwa kadar serum vitamin D berkaitan dengan luaran klinis pasien COVID-19.
Dalam hal ini, suplementasi vitamin D mungkin dapat meningkatkan luaran klinis
pasien COVID-19, tetapi studi uji klinis acak terkontrol dengan sampel besar
perlu dilakukan untuk mengonfirmasinya.
Sebuah studi
kohort retrospektif di Indonesia, dengan sampel 780 pasien COVID-19, meneliti
tentang keterkaitan status vitamin D dan mortalitas pasien COVID-19. Setelah
mengesampingkan faktor perancu, seperti usia, jenis kelamin, dan komorbiditas;
hasil studi ini menyimpulkan bahwa status vitamin D berkaitan erat dengan
mortalitas pasien COVID-19. Angka mortalitas ditemukan lebih tinggi pada pasien
dengan insufisiensi vitamin D. Jika dibandingkan dengan pasien COVID-19 dengan
status vitamin D yang normal, risiko kematian meningkat sebanyak 10,12 kali
pada pasien COVID-19 dengan defisiensi vitamin D.
Dalam tinjauan naratif, Grant et al mendukung
peran vitamin D dengan konsentrasi tinggi dalam menurunkan risiko infeksi
infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), termasuk influenza, pneumonia, dan
infeksi coronavirus. Suplementasi vitamin D3 dapat
diberikan untuk meningkatkan konsentrasi vitamin D. Kisaran optimal vitamin D
untuk mencapai efek protektif adalah 40-60 µg/mL. Untuk mencapai kadar
tersebut, suplementasi vitamin D3 perlu diberikan dengan dosis 10.000 IU per
hari selama sebulan, lalu dilanjutkan dengan dosis 5.000 IU per hari. Jika
vitamin D dosis tinggi diberikan, suplementasi kalsium tidak boleh diberikan
dalam dosis tinggi untuk menghindari terjadinya hiperkalemia.
Cara Memenuhi Kebutuhan Vitamin D
Agar imunitas tubuh kuat dan
risiko terinfeksi virus Corona berkurang, Anda harus tetap mematuhi protokol
kesehatan dan memenuhi kebutuhan gizi harian tubuh, termasuk vitamin D. Berikut
ini adalah beberapa cara untuk mencukupi asupan vitamin D:
1. Berjemur
Tubuh akan memproduksi vitamin D
secara alami saat berjemur di bawah sinar matahari. Anda dianjurkan untuk berjemur pada pagi
hari selama sekitar 15–20 menit, setidaknya 3 kali dalam seminggu. Waktu
berjemur yang ideal untuk pembentukan vitamin D adalah sekitar pukul 08.30
hingga 10.00.
Saat berjemur, gunakanlah topi,
kacamata hitam, serta tabir surya dengan SPF minimal 30, agar mata dan kulit
terlindungi dari efek sinar ultraviolet yang berbahaya.
2. Mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D
Asupan vitamin D juga bisa diperoleh
dengan cara mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin D. Makanan yang kaya akan vitamin D
antara lain adalah ikan salmon, sarden, daging tanpa lemak, hati, kuning telur,
jamur, tuna, udang, dan susu serta produk olahannya.
3. Mengonsumsi suplemen vitamin D
Untuk mencegah kekurangan atau
defisiensi vitamin D, Anda dapat melengkapi kedua cara di atas dengan
mengonsumsi suplemen vitamin D.
Ada banyak jenis suplemen vitamin D
yang beredar di pasaran. Sebaiknya, pilih suplemen vitamin D dengan dosis 1.000
IU, karena ini dianggap sebagai dosis yang aman untuk dikonsumsi setiap hari.
Kesimpulan
Vitamin D telah berperan dalam modulasi sistem imun dengan
menghambat pengeluaran sitokin proinflamasi dan meningkatkan sitokin yang
bersifat antiinflamasi. Vitamin D juga mampu berinteraksi dengan protein angiotensin-converting-enzyme 2 (ACE2) sebagai
reseptor masuknya virus SARS-CoV-2, sehingga mengurangi respons inflamasi
terhadap infeksi SARS-CoV-2.
Berbagai studi menyatakan bahwa vitamin D mempunyai peran dalam
pencegahan dan terapi penyakit infeksi saluran pernapasan, seperti tuberkulosis paru, influenza,
dan community acquired pneumonia (CAP). Berdasarkan
studi-studi ini, vitamin D patut dipertimbangkan sebagai terapi ajuvan untuk mengobati dan mencegah COVID-19.
Walaupun uji
klinis yang meneliti efek vitamin D secara spesifik terhadap SARS-CoV-2 belum
tersedia, berbagai studi telah menunjukkan hubungan antara status vitamin D dan
luaran klinis serta mortalitas akibat COVID-19. Oleh karena itu, vitamin D
dinilai punya manfaat sebagai profilaksis dan terapi COVID-19.
Meskipun demikian,
suplementasi vitamin D dalam dosis tinggi (untuk mencapai efek protektifnya)
masih menunjukkan hasil yang inkonklusif, uji klinis lebih lanjut dengan desain
studi lebih baik dan sampel yang lebih besar perlu dilakukan untuk
mengonfirmasi lebih dalam lagi tentang manfaat vitamin D pada COVID-19.
Oleh sebab itu, di masa pandemi ini penting untuk
memenuhi kebutuhan vitamin D, terutama vitamin D3. Caranya dengan
berjemur di pagi hari dan mengonsumsi makanan kaya vitamin D3.
Referensi :
Manfaat Vitamin D bagi penderita Covid 19. Diakses 22 Agustus 2021, from https://www.herminahospitals.com/id/articles/manfaat-vitamin-d3-bagi-penderita-covid-19.html
Manfaat Vitamin D. Diakses 24 Agustus 2021, from https://www.alomedika.com/cme-manfaat-vitamin-d-pada-covid-19
Pentingnya Vitamin D
pada Sistem Imun Hadapi COVID-19. Diakses 24 Agustus 2021, from https://www.alodokter.com/pentingnya-vitamin-d-pada-sistem-imun-hadapi-covid-19
(Doc. Hukormas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar