Apa Yang Dibutuhkan Oleh Pasien Kritis
Narasumber: Rahmiati, S.Kep.,Ners .M.Kep (Bidang Pelayanan Keperawatan RSMH)
Menurut beberapa penelitian, pasien kritis yang di rawat di ruang ICU mengalami beberapa gangguan mental, seperti kecemasan, depresi, dan ada yang sampai PTSD. Kondisi tersebut terjadi karena dihadapkan dengan penyakit yang mengancam jiwa, ketakutan akan kematian, kesepian, kebingungan terhadap situasi ruang perawatan yang asing dan juga ditambah dengan adanya pembatasan dari kunjungan keluarga.
Berdasarkan kondisi tersebut selain memerlukan perawatan intensif untuk mengobati penyakitnya, pasien juga membutuhkan dukungan untuk memenuhi kebutuhan psikososialnya sehingga seorang perawat ICU juga harus memenuhi kebutuhan psikologis pasien. Menurut Hupcey (2000) kebutuhan psikososial pada klien kritis adalah kebutuhan terhadap rasa aman yang dipengaruhi oleh staf, keluarga dan teman.
Berdasarkan hasil penelitian Hupcey tersebut kebutuhan psikososial pada pasien ICU di bagi menjadi 4 (empat kategori).
1. Mengetahui (Knowing). yaitu pasien membutuhkan informasi mengenai apa yang terjadi selama mereka menjalani perawatan di ICU dan juga mengenai apa yang terjadi setelah dirawat di ICU.
2. Mendapatkan kontrol. Pasien membutuhkan perasaan bahwa mereka mempunyai kendali atas kehidupan mereka. Perasaan ketergantungan atau tidak memiliki kendali atas dirinya dapat mengakibatkan distress pada klien kritis terutama pada yang berusia tua.
3. Harapan. Mempertahankan harapan adalah penting untuk klien kritis, karena menjadi putus asa berarti menyerah. Harapan berdasarkan persepsi klien kritis adalah :
ü Harapan mendapatkan bantuan,
ü Harapan mendapatkan perawatan dengan caring,
ü Harapan berarti masa depan dan
ü Harapan adalah sumber coping.
Inspirasi harapan pada pasien kritis adalah
ü terpenuhinya aktivitas religius keagamaan,
ü adanya orang lain/keluarga yang mempunyai arti besar bagi kehidupan pasien,
ü hubungan yang positif dengan staf perawatan dengan adanya kehadiran di samping tempat tidur,
ü adanya teman/seseorang yang dapat diajak berbicara dan
ü adanya mekanisme/metode pengalihan
4. Kepercayaan. Kepercayaan pada perawat dan staf ICU lainnya adalah penting bagi klien untuk merasa aman. Adanya Perawat yang selalu mengawasi mereka, menemui atau berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka, dan penerimaan penuh terhadap kondisi pasien tanpa pertanyaan.
BAGAIMANA PERAWAT BISA MEMENUHI KEBUTUHAN PASIEN KRITIS?
Jawabannya adalah “Patient-Centered Care”
Patient-Centered Care adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan yang menciptakan hubungan kerjasama yang baik diantara profesi pemberi asuhan (PPA), pasien, dan keluarganya serta teman-teman yang berarti bagi pasien, untuk menjamin bahwa keputusan yang dibuat menghormati keinginan pasien, kebutuhan pasien, pilihan pasien, menjamin pasien mendapatkan pengetahuan serta mendukung klien untuk mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam perawatan mereka sendiri (The Institute of Medicine dalam Epstein, Fiscella,Lesser,&Stange, 2010).
Dimensi patient-centered care antara lain adalah rasa hormat, dukungan emosional, kenyamanan fisik, informasi, komunikasi, dan keterlibatan keluarga (Australian Commission on Safety and Quality in Health Care (ACSQHC), 2010).
Konsep pelayanan dengan Patient-Centered Care selaras dengan falsafah keperawatan sehingga perawat dapat memenuhi kebutuhan psikologis pasien, yaitu dengan cara
1. Kepedulian dan perhatian (caring), tim keperawatan mendorong rasa percaya diri pasien dan mempercepat proses kesembuhannya dengan peduli dan penuh perhatian terhadap kondisi fisik dan psikogis pasien. Apabila pasien dalam keadaan sadar, penting bagi perawat untuk berkomunikasi dan memberikan informasi secara singkat tentang apa yang terjadi, apa yang di lakukan dan apa yang mungkin terjadi.
2. Perawat memfasilitasi pemenuhan kebutuhan spiritual pasien. Mengingatkan waktu sholat dan menjaga privasi pasien dengan menjaga aurat pasien merupakan tindakan yang dapat dilakukan untuk menjamin rasa aman pasien terhadap apa yang menjadi keyakinan agamanya ketika berada dalam pengawasan kita.
3. Membantu menciptakan lingkungan internal dan eksternal, fisik dan psikologis yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi pasien. Menurut beberapa penelitian pasien tidak sadar masih mampu untuk mendengar. Dengan berkomunikasi di awal dan di akhir shif jaga, dan meminta izin setiap akan melakukan tindakan merupakan prilaku yang memberikan kesan bahwa perawat selalu siap di samping pasien kapanpun dibutuhkan.
4. Menciptakan Lingkungan kerja yang kondusif, tidak berisik dengan mengatur volume alarm mesin dan merendahkan suara ketika berdiskusi dengan PPA lainnya.
5. Selalu meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merawat fisik pasien dan juga kemampuan empati untuk memahami kondisi psikologis pasien.
6. Melibatkan keluarga dalam proses pengobatan pasien. Orang yang mengetahui kondisi dan riwayat penyakit sebelumnya adalah keluarga. Penting bagi perawat untuk bekerja sama dan melibatkan keluarga dalam pengambilan keputusan perawatan dan pengobatan yang terbaik bagi pasien.
7. Mengakomodir pemberian asuhan dengan pendekatan multi disiplin yang bertujuan memberikan pelayanan yang komprehensif untuk menanggulangi berbagai masalah pasien kritis secara cepat dan tepat sehingga menghasilkan pelayanann yang efektif dan efisien. Perawat dapat memfasilitasi pertemuan antara keluarga pasien dengan PPA yang terlibat dalam perawatan pasien.
Dengan mengetahui semua kebutuhan pasien kritis, dan mengimplementasikan konsep Patient-Centered Care , akan dapat menurunkan kecemasan pasien ICU dan meningkatkan rasa aman bagi pasien. Konsep ini dapat dijadikan panduan bagi perawat ICU dalam memenuhi kebutuhan psikologis dan psikososial pasien yang dirawat di ruang ICU.
(Doc Hukormas RSMH)